Nationalgeographic.co.id—Para peneliti di Georgia Institute of Technology sedang mempelajari pergerakan kucing yang selalu mendarat dengan kakinya. Kucing memiliki keseimbangan yang unik, memiliki lebih banyak kesamaan dengan manusia. Tapi apa yang membuat kucing begitu lincah?
Mereka mempelajari pergerakan kucing untuk lebih memahami bagaimana sumsum tulang belakang bekerja. Tujuannya untuk membantu manusia dengan kerusakan saraf tulang belakang parsial berjalan dan menjaga keseimbangan. Temuan mereka telah dijelaskan di eneuro belum lama ini.
Menggunakan campuran studi eksperimental dan model komputasi, para peneliti menunjukkan bahwa umpan balik somatosensori, atau sinyal saraf dari sensor khusus di seluruh tubuh kucing, membantu memberi tahu sumsum tulang belakang tentang gerakan yang sedang berlangsung dan mengoordinasikan keempat anggota badan agar kucing tidak jatuh saat bertemu hambatan.
Penelitian menunjukkan bahwa dengan sinyal sensorik yang berhubungan dengan gerakan tersebut, hewan dapat berjalan bahkan jika hubungan antara sumsum tulang belakang dan otak sebagian terputus.
Memahami mekanisme jenis kontrol keseimbangan ini sangat relevan bagi orang lanjut usia yang sering mengalami masalah keseimbangan dan dapat melukai diri sendiri saat terjatuh.
Akhirnya, para peneliti berharap ini bisa membawa pemahaman baru tentang peran umpan balik somatosensori dalam kontrol keseimbangan.
Ini juga dapat mengarah pada kemajuan dalam perawatan cedera tulang belakang karena penelitian menunjukkan aktivasi neuron somatosensori dapat meningkatkan fungsi jaringan saraf tulang belakang di bawah lokasi kerusakan tulang belakang.
"Kami telah tertarik pada mekanisme yang memungkinkan untuk mengaktifkan kembali jaringan yang terluka di sumsum tulang belakang," kata Profesor School of Biological Sciences Boris Prilutsky.
"Kami tahu dari penelitian sebelumnya bahwa umpan balik somatosensori dari kaki yang bergerak membantu mengaktifkan jaringan tulang belakang yang mengontrol gerak, memungkinkan gerakan yang stabil."
Kucing Terkoordinasi
Meskipun model tikus yang dimodifikasi secara genetik baru-baru ini menjadi dominan dalam penelitian kontrol saraf penggerak, model kucing menawarkan keuntungan penting.
Source | : | ENeuro,Georgia Institute of Technology |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR