Ketika mereka bergerak, tikus tetap berjongkok, yang berarti mereka cenderung memiliki masalah keseimbangan bahkan jika umpan balik somatosensori gagal.
Manusia dan kucing, di sisi lain, tidak dapat menjaga keseimbangan atau bahkan bergerak jika kehilangan informasi sensorik tentang gerak anggota tubuh.
Ini menunjukkan bahwa spesies yang lebih besar, seperti kucing dan manusia, mungkin memiliki organisasi yang berbeda dari jaringan saraf tulang belakang yang mengendalikan gerak dibandingkan dengan hewan pengerat.
Georgia Tech bermitra dengan para peneliti di University of Sherbrooke di Kanada dan Drexel University di Philadelphia untuk lebih memahami bagaimana sinyal dari neuron sensorik mengoordinasikan gerakan keempat kaki.
Laboratorium Sherbrooke melatih kucing untuk berjalan di atas treadmill dengan kecepatan yang konsisten dengan gaya berjalan manusia dan kemudian menggunakan elektroda untuk merangsang saraf sensorik mereka.
Para peneliti berfokus pada saraf sensorik yang mentransmisikan sensasi sentuhan dari bagian atas kaki ke sumsum tulang belakang. Dengan merangsang saraf ini secara elektrik, para peneliti menirukan memukul rintangan dan melihat bagaimana kucing tersandung dan mengoreksi gerakan mereka sebagai respons.
Stimulasi diterapkan dalam empat periode siklus berjalan: transisi posisi tengah, transisi posisi ke ayunan, transisi pertengahan ayunan, dan transisi ayunan ke posisi.
Baca Juga: Dunia Hewan: Penjelasan Sains Mengapa Kucing Menyukai Kardus?
Baca Juga: Berasal Dari Timur Tengah, Sejak Kapan Penjinakan Kucing Dimulai?
Baca Juga: Dunia Hewan: Jagalah Kucing Anda di Dalam Rumah, Demi Kesehatan Semua
Baca Juga: Alasan di Balik Kucing dan Buaya Disembah oleh Orang Mesir Kuno
Source | : | ENeuro,Georgia Institute of Technology |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR