Kanselir Qin Shi Huangdi, Li Si, menasihati kaisar untuk membakar setiap dan semua buku tentang sastra. Tujuannya adalah untuk “merampas” pengetahuan rakyat dan menekan segala filosofi yang bertentangan dengan Legalisme.
Tidak heran jika banyak cendikiawan tidak menyukai kaisar baru Tiongkok itu. Mereka melontarkan kritik terhadap pemerintah pusat dan menyerukan diakhirinya tirani intelektual kekaisaran. Apakah berhasil? Tak lama kemudian, setiap kritik terhadap pemerintah dianggap ilegal dan dikenakan hukuman yang berat. Tidak kurang dari 460 sarjana melanggar hukum baru yang tidak manusiawi ini dan dikubur hidup-hidup. Semua karena mereka berani menyuarakan penentangan.
Warisan penting Qin Shi Huangdi
Meski kontroversial dan sangat kejam, Qin Shi Huangdi sangat penting untuk pembentukan Tiongkok. Tanpa bimbingan tangan besi dari kaisar Tiongkok pertama, Tiongkok yang kita kenal sekarang mungkin tidak akan pernah ada.
Baca Juga: Kehidupan Tragis Selir Dinasti Ming: Dilecehkan, Disiksa, dan Dibunuh
Baca Juga: Wei Zhongxian, Kasim Tiongkok yang Memiliki Kekuatan Setara Kaisar
Baca Juga: Kisah Kaisar Qin Shi Huang, si Pencari Keabadian yang Bernasib Tragis
Baca Juga: 8.000 Prajurit Terakota: para Penjaga Kaisar Qin Shi Huang di Akhirat
Pragmatisme kejam, lohai, dan visi tanpa henti untuk Tiongkok meletakkan dasar bagi salah satu negara paling kuat di dunia.
Kaisar pertama mewariskan warisan kekuasaan ini kepada setiap pemerintahan Tiongkok yang menggantikannya. “Baik itu kekaisaran, republik, Maois, atau pasca-Maois,” ujar Barret lagi.
Tindakannya mengarah pada prinsip yang menyatukan rakyat dan menjadikannya sebuah bangsa sejak awal. Qin Shi Huangdi menetapkan prinsip otoritas pusat di seluruh negeri. Ini adalah otoritas yang berasal dari satu sumber kontrol tunggal. Ia mengatur semua tanah rakyat Tiongkok untuk membentuk satu kesatuan yang nyata.
Meskipun Dinasti Qin sendiri berakhir hanya dalam waktu empat tahun setelah kematian Kaisar Qin Shi Huangdi, warisannya akan hidup selama lebih dari 2000 tahun. Dan bahkan terus berlanjut hingga hari ini dalam bentuk negara yang masih menyandang namanya.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR