Nationalgeographic.co.id—Pemukiman pemburu pengumpul berusia 10.500 tahun telah digali di Inggris oleh para arkeolog. Sisa-sisa pemukiman tersebut ditemukan di dekat Scarborough di North Yorkshire, Inggris.
Para arkeolog menemukan sisa-sisa pemukiman kecil, termasuk tulang, tanduk dan perkakas batu dan senjata, tulang hewan, dan jejak pengerjaan kayu. Pemukiman tersebut dihuni oleh kelompok pemburu-pengumpul sekitar 10.500 tahun yang lalu .
Pemukiman yang baru ditemukan awalnya terletak di pantai sebuah pulau di danau kuno dan berasal dari periode Mesolitikum.
Untuk diketahui, periode Mesolitikum atau Zaman Batu Madya adalah suatu periode dalam perkembangan teknologi manusia, antara Paleolitik atau Zaman Batu Tua dan Neolitik atau Zaman Batu Muda.
Pada zaman ini, kehidupan manusia beralih dari pola pemburu-pengumpul ke cara hidup menghasilkan makanan. Adanya kemampuan menghasilkan makanan tersebut menunjukkan bahwa manusia purba sudah menetap secara permanen.
Tempat hidup manusia purba terdapat di dekat sungai, danau, bukit dan hutan-hutan serta tempat-tempat yang di dekat dengan air.
Pada penggalian ini, selama ribuan tahun, danau itu perlahan-lahan terisi dengan endapan gambut yang tebal, yang secara bertahap mengubur dan melestarikan situs tersebut.
“Sangat jarang menemukan material setua ini dalam kondisi baik,” kata arkeolog University of Manchester, Nick Overton.
“Masa Mesolitik di Inggris terjadi sebelum tembikar atau logam diperkenalkan, jadi penemuan sisa-sisa organik seperti tulang, tanduk, dan kayu, yang biasanya tidak diawetkan, sangat penting dalam membantu kita merekonstruksi kehidupan masyarakat.”
Tulang belulang hewan yang ditemukan di lokasi menunjukkan bahwa manusia sedang berburu berbagai jenis mamalia di sejumlah habitat berbeda di sekitar danau, termasuk mamalia besar seperti rusa besar dan rusa merah, mamalia kecil seperti berang-berang, dan burung air.
Bangkai hewan buruan disembelih dan sebagian sengaja dibuang ke lahan basah di lokasi pulau.
Para arkeolog juga menemukan bahwa beberapa senjata berburu yang terbuat dari tulang dan tanduk binatang telah dihias, dan telah dibongkar sebelum diendapkan di pantai pulau.
Ini menunjukkan bahwa orang Mesolitik memiliki aturan ketat tentang bagaimana sisa-sisa hewan dan benda yang digunakan untuk membunuh mereka dibuang.
“Orang-orang sering menganggap pemburu-pengumpul prasejarah hidup di ambang kelaparan, berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam pencarian makanan tanpa akhir, dan hanya dengan diperkenalkannya pertanian, manusia menjalani gaya hidup yang lebih menetap dan stabil,” kata arkeolog University of Chester, Amy Gray Jones.
Baca Juga: Arkeolog Palsu di Jepang Buat Kebohongan Terbesar Sepanjang Sejarah
Baca Juga: Arkeolog Menggali Sisa-Sisa Struktur Zaman Viking Berusia 1.000 Tahun
Baca Juga: Arkeolog Menemukan Peluru Ketapel Bertulis Berusia 2.200 Tahun
Baca Juga: Mengapa Para Arkeolog Tidak Mencari Atlantis si 'Kota yang Hilang'?
“Tapi di sini kita memiliki orang-orang yang menghuni jaringan situs dan habitat yang kaya, meluangkan waktu untuk mendekorasi objek, dan memperhatikan cara mereka membuang sisa-sisa hewan dan artefak penting. Ini bukan orang-orang yang berjuang untuk bertahan hidup.”
Menurut para arkeolog, mereka adalah orang-orang yang percaya diri dalam pemahaman mereka tentang bentang alam ini, dan tentang perilaku serta habitat berbagai spesies hewan yang hidup di sana.
“Kami tahu dari penelitian yang dilakukan di situs lain di sekitar danau, bahwa komunitas manusia ini dengan sengaja mengelola dan memanipulasi komunitas tumbuhan liar,” kata Barry Taylor, arkeolog University of Chester.
“Saat kami melakukan lebih banyak pekerjaan di situs ini, kami berharap dapat menunjukkan lebih detail bagaimana manusia mengubah komposisi lingkungan ini ribuan tahun sebelum pengenalan pertanian ke Inggris.”
Source | : | Sci News |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR