Nationalgeographic.co.id—Jepang digemparkan oleh seorang arkeolog dadakan. Ia mengaku menemukan artefak super kuno yang berasal dari 40.000 tahun silam pada tahun 1981.
"Itu adalah penemuan spektakuler yang meluncurkan karir Fujimura," tulis Khalid Elhassan kepada History Collection dalam artikel berjudul The World's Most Impressive Fakes, Forgeries, and Finds that Made History terbitan 23 Desember 2022.
Penemuan itu membuatnya terkenal secara nasional dan internasional, sekaligus menjadikannya sosok yang paling populer di Jepang saat itu. Wajar saja, Arkeologi adalah subjek yang sangat populer di Negeri Matahari Terbit.
Tentu saja, khalayak ramai di Jepang sangat terobsesi dengan benda arkeologis pra-sejarah. Terbukti, temuan arkeologi yang baru ditemukan sering diumumkan dalam huruf tebal di halaman depan surat kabar terkemuka.
Bagitu juga dengan toko buku di sana, "memiliki bagian yang dikhususkan untuk Zaman Batu Jepang," tambahnya.
Di lingkup arkeologis, Fujimura menjadi selebriti, dan temuannya dimasukkan ke dalam buku pelajaran sekolah. Setelah penemuan pertamanya, Fujimura mengerjakan lebih dari seratus proyek arkeologi di seluruh Jepang.
Hebatnya, setiap kali terjun ke lapangan penelitian, ia selalu menemukan bagian-bagian artefak kuno, bagai sebuah keberuntungan yang spektakuler. Dengan begitu, karirnya sebagai arkeolog debutan mulai disegani.
Fujimura terus menemukan artefak yang usianya jauh lebih tua dan lebih tua lagi. "Itulah yang terus mendorong prasejarah manusia Jepang menjadi mudah diketahui lebih jauh ke belakang," terusnya.
Ketenaran Shinichi Fujimura di Jepang menjadi semakin melambung tinggi pada awal 1990-an. Puncaknya terjadi pada tahun 1993, ketika dia mengklaim menemukan bukti adanya manusia zaman batu di dekat desa Tsukidate, yang berusia lebih dari setengah juta tahun.
Dengan satu penemuan luar biasanya, Fujimura telah membawa Jepang menjadi setara dengan pesaingnya, Cina, dalam hal kehidupan skala kuno.
Begitu beruntungnya Fujimura dalam kemampuannya untuk menggali benda-benda yang sulit untuk diungkap, sekalipun oleh para arkeolog terkemuka lainnya, sehingga para pengagum mulai menyebut Fujimura yang tampaknya dibimbing secara ilahi sebagai "Tangan Tuhan".
Source | : | History Collection |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR