Uniknya, setelah pengebirian, penis dan testikel disimpan dalam tabung khusus. Ini disebut bao atau harta.
Setiap kali seorang kasim menerima kenaikan pangkat, dia harus lulus ujian yang ketat. Promosi tidak mungkin dilakukan tanpa bao. Proses pemeriksaan disebut yan bao dan dipimpin oleh kepala kasim.
Inspeksi ini sering kali menjadi sumber keuntungan bagi mereka yang melakukan operasi. Pasalnya, kadang-kadang kasim yang ceroboh atau bodoh lupa mengeklaim "harta" mereka setelah pengebirian.
Kasim itu kemudian akan dipaksa membayar mahal untuk mendapatkan kembali bao tersebut. Bao terkadang dipinjam, dibeli atau disewa.
Ketika seorang kasim meninggal, dia dimakamkan dengan bao-nya. Jika tidak memiliki miliknya sendiri, kasim itu akan mencoba mendapatkan yang lain sebelum kematiannya.
Kasim ingin selengkap mungkin meninggalkan dunia ini karena percaya kejantanan mereka akan dipulihkan di akhirat. Menurut tradisi, Jun Wang, raja Dunia Bawah, akan mengubah mereka yang tidak memiliki bao menjadi keledai betina. Orang Tiongkok kuno sangat takut akan kelainan bentuk tubuh.
Perubahan fisik kasim setelah dikebiri
Pengebirian memotong pasokan hormon laki-laki ke tubuh, menyebabkan kasim memiliki suara tinggi. Itu juga memengaruhi kontrol kandung kemih, sehingga mereka sering mengompol sehingga pakaiannya bau pesing. Ini adalah sumber dari ungkapan Tiongkok kuno "bau seperti kasim". Mereka juga dianggap terlalu lemah untuk melakukan aktivitas fisik yang berat.
Menurut G. Carter Stent, dalam artikel "Chinese Eunuchs", pengebirian mempengaruhi karakter dan membuat kasim tampak jauh lebih tua. Mereka rentan terhadap serangan emosi ekstrem, termasuk saat-saat kemarahan yang tak terkendali.
Tugas dan pengaruh seorang kasim di istana
Kasim diminta untuk menjaga suasana kesucian dan kerahasiaan kekaisaran. Kasim juga bertindak sebagai pembawa air, penjaga, pembawa kursi, dan tukang kebun.
Mengintip Inisiatif 'Blue Carbon' Terbesar di Dunia dari Negara Termiskin di Asia
Source | : | South China Morning Post |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR