Nationalgeographic.co.id—Kota Terlarang (Forbidden City) merupakan istana kaisar Tiongkok selama 500 tahun. Di sini, 24 kaisar, bangsawan, dan pekerja tinggal sejak antara 1420 sampai 1912. Seperti Kekaisaran Ottoman, kaisar Tiongkok pun memiliki harem sendiri. Meminjam istilah harem dari bahasa Arab, ini adalah tempat terlarang yang hanya ditempati oleh wanita kekaisaran. Kaisar Tiongkok memiliki sejumlah selir yang menempati harem. Selain melayani kaisar, para kasim juga ditugaskan untuk melayani selir. Hanya kasimlah yang boleh mengantarkan selir ke ruangan kaisar jika diperintahkan. Bagaimana kehidupan selir dan kasim para Kaisar Tiongkok di harem Kota Terlarang?
Wanita penghuni Kota Terlarang: permaisuri, selir, dan pelayan
Semua wanita yang tinggal di Kota Terlarang diasingkan di tempat tinggal kekaisaran jauh di dalam istana. "Mereka dibatasi di pelataran dalam dan dilarang keluar dari bagian utara," tulis Marcelo Duhalde di laman South China Morning Post.
Sebagian besar wanita di Kota Terlarang dipekerjakan sebagai pelayan. Selain pelayan, ada juga sekelompok selir terpilih yang bertugas melahirkan anak bagi kaisar sebanyak yang ia mampu. Mereka yang melahirkan anak laki-laki diangkat menjadi selir resmi kekaisaran, dengan permaisuri (istri resmi kaisar) di puncak urutan kekuasaan.
Bagaimana seorang selir dipilih?
Wanita dipilih sebagai xiunu (perempuan anggun) untuk kekaisaran sejak Dinasti Jin (265-420 Masehi). Kriteria untuk menyeleksi para wanita ini berubah-ubah, tergantung pada kaisar yang berkuasa. "Di dinasti Ming, misalnya, tidak ada rumah tangga yang dibebaskan dari pemilihan," tambah Duhalde. Menurut undang-undang, semua wanita muda yang belum menikah menjalani proses seleksi xiunu. Hanya anak perempuan yang menikah atau dengan cacat fisik yang dibebaskan.
Tetapi Kaisar Qing Shunzhi (1638-61) mulai mengecualikan sebagian besar populasi Han. Ia membatasi seleksi pada keluarga “Delapan Panji”, yang sebagian besar adalah Manchuria dan Mongolia. (Delapan Panji adalah kerangka administrasi dan militer Manchuria.)
Kriteria untuk penyeleksian
Selama dinasti Qing, gadis-gadis dibawa pada hari yang ditentukan ke Gerbang Shenwu di Kota Terlarang untuk diperiksa. Mereka akan didampingi oleh orang tua, atau kerabat terdekat, bersama dengan kepala marga dan pejabat setempat.
Ada 4 hal yang menjadi kriteria, yaitu kecantikan, kesehatan fisik, melewati ujian dengan baik, dan bisa melayani ibu kaisar.
Latar belakang sosial bukanlah penghalang dan banyak kaisar memilih selir dari kalangan masyarakat umum. "Permaisuri adalah satu-satunya pengecualian, dia selalu dipilih dari keluarga pejabat tinggi," kata Duhalde lagi.
Kurang dari seratus kandidat akan dipilih untuk menghabiskan beberapa malam dengan wanita yang berspesialisasi dalam melatih dan mengelola pelayan. Tubuh kandidat diperiksa untuk infeksi kulit, rambut tubuh, bau badan, dan lainnya.
Para finalis diinisiasi ke dalam bentuk-bentuk perilaku yang dapat diterima dan cara berbicara, gerak tubuh, dan berjalan. Mereka juga belajar seni seperti melukis, membaca, menulis, catur dan menari.
Akhirnya, kandidat yang menonjol menghabiskan beberapa hari melayani sebagai pelayan ibu kaisar dan mengurus kebutuhan sehari-harinya. Mereka melakukan pemeriksaan lebih lanjut saat tidur di sisi ibu. Ini untuk menghilangkan kebiasaan buruk di malam hari seperti mendengkur, mengeluarkan bau, atau berbicara saat tidur.
Ketika seorang selir mengunjungi kamar kaisar
Ketika kaisar ingin menghabiskan waktu dengan salah satu selir, ia akan memberi semacam tiket kepada kasim. Pada tiket tersebut, nama selir tersebut dituliskan.
Kasim kamar yang bertugas memberikan tiket tersebut pada selir yang ditunjuk. Kasim-kasim pun membawa selir dengan menggunakan kursi khusus yang digotong.
Selir tidak diperbolehkan untuk memasuki tempat tidur kaisar dengan cara normal. Ia harus merangkak dari sisi tempat tidur hingga sejajar dengan kaisar.
Setelah selesai menghabiskan waktu dengan kaisar, 2 kasim akan mengantarkan selir itu kembali ke ruangannya.
Kunjungan itu ditulis dalam sebuah catatan, dengan nama selir dan tanggal. "Kaisar akan menandatangani catatan tersebut," tambah Duvalde. Catatan ini menjadi bukti penting jika si selir mengandung setelah kunjungan tersebut dan kaisar ingin ia melahirkan keturunannya.
Jadi, legitimasi seorang ahli waris kaisar ditentukan oleh dokumen itu. Maka tidak heran jika buku itu dijaga dan disimpan sebaik mungkin.
Bagaimana pasukan kasim menjalankan Kota Terlarang?
Kehadiran kasim di istana Tiongkok merupakan tradisi yang sudah berlangsung lama. Laki-laki yang dikebiri ini bertugas sebagai pelayan istana, mata-mata, dan pengawas harem di seluruh dunia kuno.
Pasukan kasim ditempatkan di Kota Terlarang, terutama untuk menjaga kesucian para wanita kekaisaran.
Nilai-nilai Konfusius menganggap penting bagi kaisar, yang dipandang sebagai wakil Surga di Bumi, untuk menghasilkan pewaris laki-laki langsung. Kehadiran ahli waris ini menjaga keharmonisan antara Langit dan Bumi.
Di masa itu, tingkat kematian bayi sangat tinggi. Untuk memastikan kaisar memiliki ahli waris, kasim pun ditugaskan untuk menjaga “pasokan” ahli waris bertahan hingga ia tumbuh dewasa.
Kasim, sebuah sistem kuno berusia 2.000 tahun
Kronik pengadilan mencatat raja-raja Tiongkok memiliki pelayan yang dikebiri pada abad kedelapan Sebelum Masehi. Namun para sejarawan umumnya memperkirakan kemunculan kasim di kekaisaran pada masa pemerintahan Han Huan Di (146-167 Masehi).
Kasim dapat memberikan pengaruh yang cukup pada kaisar untuk menguasai urusan kekaisaran. Duhalde menuturkan, "Dalam beberapa kasus, kasim bahkan menyebabkan jatuhnya dinasti."
Kekuasaan kasim bertahan karena ambisi keluarga permaisuri dan gaya hidup terisolir untuk melayani kaisar.
Sistem kasim berakhir ketika dihapuskan pada 5 November 1924. Saat itu kaisar terakhir Tiongkok, Puyi, diusir dari Kota Terlarang.
Mengapa seseorang menjadi kasim kekaisaran?
Ada beberapa alasan untuk menjadi kasim di Kekaisaran Tiongkok seperti dipaksa orang tua, kemiskinan, kemauan sendiri, dan hukuman. Orang tua yang menginginkan anaknya untuk menjadi kasim berharap jika sang anak dapat hidup nyaman di istana.
Pengebirian calon kasim
Kasim dikebiri di tempat khusus, sebuah pondok kecil di dekat Kota Terlarang. Setelah 100 hari, luka operasi akan sembuh dan kasim pun mulai melaksanakan tugasnya.
Uniknya, setelah pengebirian, penis dan testikel disimpan dalam tabung khusus. Ini disebut bao atau harta.
Setiap kali seorang kasim menerima kenaikan pangkat, dia harus lulus ujian yang ketat. Promosi tidak mungkin dilakukan tanpa bao. Proses pemeriksaan disebut yan bao dan dipimpin oleh kepala kasim.
Inspeksi ini sering kali menjadi sumber keuntungan bagi mereka yang melakukan operasi. Pasalnya, kadang-kadang kasim yang ceroboh atau bodoh lupa mengeklaim "harta" mereka setelah pengebirian.
Kasim itu kemudian akan dipaksa membayar mahal untuk mendapatkan kembali bao tersebut. Bao terkadang dipinjam, dibeli atau disewa.
Ketika seorang kasim meninggal, dia dimakamkan dengan bao-nya. Jika tidak memiliki miliknya sendiri, kasim itu akan mencoba mendapatkan yang lain sebelum kematiannya.
Kasim ingin selengkap mungkin meninggalkan dunia ini karena percaya kejantanan mereka akan dipulihkan di akhirat. Menurut tradisi, Jun Wang, raja Dunia Bawah, akan mengubah mereka yang tidak memiliki bao menjadi keledai betina. Orang Tiongkok kuno sangat takut akan kelainan bentuk tubuh.
Perubahan fisik kasim setelah dikebiri
Pengebirian memotong pasokan hormon laki-laki ke tubuh, menyebabkan kasim memiliki suara tinggi. Itu juga memengaruhi kontrol kandung kemih, sehingga mereka sering mengompol sehingga pakaiannya bau pesing. Ini adalah sumber dari ungkapan Tiongkok kuno "bau seperti kasim". Mereka juga dianggap terlalu lemah untuk melakukan aktivitas fisik yang berat.
Menurut G. Carter Stent, dalam artikel "Chinese Eunuchs", pengebirian mempengaruhi karakter dan membuat kasim tampak jauh lebih tua. Mereka rentan terhadap serangan emosi ekstrem, termasuk saat-saat kemarahan yang tak terkendali.
Tugas dan pengaruh seorang kasim di istana
Kasim diminta untuk menjaga suasana kesucian dan kerahasiaan kekaisaran. Kasim juga bertindak sebagai pembawa air, penjaga, pembawa kursi, dan tukang kebun.
Sementara tugas dalam ruangan mereka mencakup pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh juru masak dan pelayan kamar, ruang tamu atau dapur. Singkatnya, mereka terlibat dalam setiap aspek kehidupan kekaisaran.
Bagaimana mengelola ribuan kasim di dalam istana?
Terdapat 10.000 kasim di istana pada akhir abad ke-15 dan 70.000 pada tahun 1644. Jumlah ini merupakan hasil dari meningkatnya jumlah pria yang mencari pekerjaan di Kota Terlarang dan menjalani pengebirian sukarela.
Pada awal dinasti Qing jumlahnya dikurangi menjadi 3.000, karena orang Manchu khawatir para kasim memiliki pengaruh yang terlalu besar di istana kerajaan.
Dinasti Qing membagi administrasi kasim menjadi 48 departemen, masing-masing dengan tugas khusus. Setiap departemen memiliki pengawasnya sendiri. Seorang kasim kepala atau pengawas umum akan memimpin semua departemen.
Selama akhir dinasti Qing, gaji para kasim bervariasi dari dua hingga empat tael perak per bulan (Rp 718.000 hingga Rp 1.466.000). Gaji tertinggi yang dapat diterima seorang kasim adalah 12 tael (Rp 4.397.000), tanpa memandang pangkat.
Hukuman bagi kasim yang melakukan kesalahan
Karena kasim menangani hampir setiap masalah istana, mereka memiliki akses ke informasi berharga. Ini dapat dimanfaatkan untuk menggunakan kekuasaan dan pengaruh, bahkan terhadap kaisar. Kekuatan kasim bisa bertambah dan berkurang sesuai dengan kekuatan karakter seorang kaisar.
Pada tahun 1655, Kaisar Shunzhi mengeluarkan keputusan untuk menjatuhkan hukuman bagi kasim yang menyalahgunakan posisinya.
Kasim dikenakan hukuman, mulai dari denda uang, hingga eksekusi. Pemukulan biasa terjadi, juga hukuman memotong rumput (zhacao), terkadang seumur hidup.
Kejahatan yang paling umum untuk dihukum adalah desersi (membelot atau melarikan diri). Jika seorang kasim melarikan diri dari istana, ketidakhadirannya segera dilaporkan ke semacam korps polisi. Duhanlde menambahkan lagi, "Mereka bertugas menangkap kasim yang melarikan diri." Jarang sekali pelarian berhasil dan meskipun orang-orang yang bekerja di kepolisian bukanlah kasim, mereka mengenal semua kasim istana. Buronan diadili dan dihukum setelah dia ditangkap.
Baca Juga: Dari Balik Tembok Kota Terlarang, Istana Kaisar Tiongkok selama 5 Abad
Baca Juga: Saat Kebiri Jadi Alat untuk Mendapatkan Posisi Kasim di Tiongkok
Baca Juga: Wei Zhongxian, Kasim Tiongkok yang Memiliki Kekuatan Setara Kaisar
Baca Juga: Cixi, Selir nan Kontroversial Jadi Ratu yang Memodernisasi Tiongkok
Jika itu pelarian pertama, pelakunya dipenjara selama dua bulan. Di akhir periode itu dia menerima dua puluh pukulan dan dikirim kembali ke tugas istananya
Bila seorang kasim kabur untuk ketiga kalinya, dia dipasung selama dua bulan. Kasim melanjutkan tugasnya segera setelah hukumannya berakhir
Hukuman untuk pelarian ketiga kalinya adalah pembuangan ke Moukden (sekarang Shenyang) selama dua setengah tahun. Sekali lagi, dia akan melanjutkan tugasnya setelah menyelesaikan hukuman
Kemalasan, melalaikan tugas, atau pelanggaran ringan lainnya dihukum dengan "bastinado". Bentuk ini dipukul dengan tongkat bambu di telapak kaki telanjang. Pelakunya bisa menerima 80 hingga 100 pukulan
Saat hukuman berakhir, kasim dikirim ke dokter kasim. Sang dokter akan membalut dan merawat lukanya. Agar tidak melakukan kesalahan yang sama, kasim akan dicambuk lagi setelah tiga hari. Sesi kedua disebut "mengangkat keropeng".
Kota Terlarang memiliki luas yang dapat menampung 50 istana Buckingham. Dibutuhkan sejumlah besar kasim untuk mengelola istana. Selain itu, keberadaan selir diperlukan agar kaisar memiliki ahli waris yang meneruskan dinasti. Maka tidak heran jika kaisar memiliki lebih dari satu selir.
Source | : | South China Morning Post |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR