Nationalgeographic.co.id - Hanya dua kenangan yang membuat Sun Yaoting meneteskan air mata di usia tua. Itu adalah hari ketika ayahnya mengebirinya. Juga hari ketika keluarganya membuang organ yang seharusnya membuatnya menjadi manusia seutuhnya saat meninggal. Sun Yaoting adalah kasim terakhir Kekaisaran Tiongkok di Istana Terlarang (Forbidden City). Alih-alih hidup nyaman di istana, ia disiksa dan dibuat miskin di masa mudanya. Sang kasim terakhir dihukum oleh kaum revolusioner karena perannya sebagai budak kaisar. Namun itu tidak berlangsung selamanya, di hari tuanya, ia dipuja dan dihargai oleh Tiongkok. Bertahan hidup lebih lama dari kasim yang tersisa, Sun Yaoting menjadi sisa-sisa peninggalan dari era kekaisaran. Ia adalah bagian dari sejarah yang hidup.
Dikebiri pada usia 8 tahun
"Sun Yaoting berusia 8 tahun ketika ayahnya mengebirinya dengan satu sapuan pisau cukur," tulis Barbara Demick di laman Los Angeles Times.
Anak laki-laki itu mengalami rasa sakit yang luar biasa tanpa bantuan anestesi. Selain impotensi seumur hidup, mereka mereka juga mengalami kesulitan untuk menahan buang air kecil. Semua itu dibayar dengan dengan imbalan masuk ke istana Kekaisaran Tiongkok.
Terinspirasi oleh seorang kasim yang lebih tua dari desanya yang menjadi kaya, Yaoting memutuskan sendiri bahwa dia ingin mengikuti jalan ini. Namun kemudian kaisar digulingkan dan pengebirian membuatnya terlalu lemah untuk pekerjaan pertanian.
Pengorbanan sia-sia seorang kasim muda
Selama bertahun-tahun penelitian yang melelahkan, sejarawan Jia Yinghua mengumpulkan detail misterius tentang setiap aspek kehidupan istana. Ini termasuk rahasia tentang seksualitas dan kekejaman kaisar di balik tembok Kota Terlarang.
Selama berabad-abad, satu-satunya pria dari luar keluarga kekaisaran yang diizinkan masuk ke tempat pribadi Kota Terlarang adalah kasim. Mereka secara efektif menukar organ reproduksi mereka dengan harapan mendapatkan akses eksklusif ke kaisar. Ini membuat beberapa orang menjadi politisi kaya dan berpengaruh.
Keluarga Yaoting yang miskin menempatkannya di jalan yang menyakitkan dan berisiko ini. Harapannya adalah suatu hari dia akan dapat menghancurkan tuan tanah desa yang menindas. Rupanya tuan tanah yang kejam itu mencuri ladang dan membakar rumah keluarga Yaoting.
Ayahnya yang putus asa melakukan pengebirian di tempat tidur rumah mereka yang berdinding lumpur. “Tanpa obat bius dan hanya kertas yang dibasahi minyak sebagai perban,” tulis Emma Graham-Harrison di laman Reuters. Bulu angsa dimasukkan ke dalam uretra Yaoting untuk mencegahnya tersumbat saat lukanya sembuh.
Dia tidak sadarkan diri selama tiga hari dan hampir tidak bisa bergerak selama dua bulan. Ketika dia akhirnya bangkit dari tempat tidurnya, nasib mempermainkannya dengan kejam. Dia mengetahui bahwa kaisar yang dia harapkan untuk mengabdi telah turun takhta beberapa minggu sebelumnya.
Baca Juga: Nestapa Pria Miskin di Tiongkok Kuno, Dikebiri demi Jadi Kasim
Source | : | Reuters,Los Angeles Times |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR