"Antiperspiran awal ini sangat asam, jadi mereka juga sering merusak pakaian, dan membuat pemakainya merasakan sensasi menyengat," tulis koresponden The Week dalam artikel berjudul A brief history of body odor terbitan 27 Maret 2016.
Pada awal abad ke-20, seorang ahli bedah dari Cincinnati bernama Abraham D. Murphey, ingin tangannya bebas keringat saat melakukan operasi, itulah yang membuat dia menemukan antiperspiran bernama Odo-Ro-No.
Baca Juga: Mengapa Sebagian Orang Sangat Disukai Nyamuk? Ternyata Ini Alasannya
Baca Juga: Mengapa Ketiak Sebagian Orang Lebih Bau daripada Orang-Orang Lainnya?
Baca Juga: Pencabut Bulu Ketiak dan Pekerjaan Aneh Lainnya di Zaman Romawi Kuno
Baca Juga: Bulu Ketiak Tidak Dapat Tumbuh Sepanjang Rambut, Ini Penjelasan Ilmiahnya
Antiperspiran ini kemudian dikembangkan menjadi produk deodoran yang komersil. Pada tahun 1912, perusahaan yang dikendalikan oleh Edna Murphey, anak dari dokter bedah yang menemukan Odo-Ro-No dari Cincinnati turut memasarkan produk itu dengan menyewa biro iklan guna meningkatkan penjualan perusahaan.
Iklan pertama mereka sukses mempropaganda bahwa keringat berlebih sebagai gangguan medis! Dalam setahun penjualan Odo-Ro-No telah melonjak menjadi $65.000 dan antiperspiran itu dikirim hingga ke Inggris dan Kuba.
Beberapa tahun kemudian, perusahaan itu kembali mencoba taktik baru: meyakinkan wanita yang sadar diri bahwa bau badan mereka adalah masalah yang seharusnya dapat diselesaikan.
Benar saja, propaganda iklan tersebut dapat menarik pelanggan untuk menggunakan deodoran Odo-Ro-No. Pada tahun 1930-an, perusahaan deodoran Amerika telah mendapatkan basis pelanggan wanita dan dengan cepat deodoran menjadi kebutuhan publik.
Source | : | JSTOR Daily |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR