Jika eksekusi terjadi di musim yang salah, itu akan membuat tatanan alam tidak seimbang. Selama Dinasti Han, misalnya, tidak ada keputusan serius yang dijatuhkan setelah musim semi dimulai.
Baca Juga: Mengapa Arkeolog Enggan Membuka Makam Kaisar Pertama Tiongkok?
Baca Juga: Tidak Terkalahkan, Kaisar Qin Shi Huangdi Membentuk Tiongkok Bersatu
Baca Juga: 8.000 Prajurit Terakota: para Penjaga Kaisar Qin Shi Huang di Akhirat
Baca Juga: Alih-alih Hidup Kekal, Kaisar Qin Tewas karena Ramuannya Sendiri
Dinasti Tang memiliki eksekusi paling banyak, kecuali pada hari hujan, malam hari, dan selama fase bulan tertentu. Selain itu, bulan dan hari raya tertentu dalam penanggalan Buddha juga melarang eksekusi.
Sebelum dinasti Qin, perbudakan dan eksekusi tampaknya menjadi nasib paling populer bagi tawanan perang.
Menurut Journal of Anthropological Archaeology, tawanan perang dieksekusi sebagai bagian dari ritual pengurbanan selama periode itu. Nyatanya, terkadang penggerebekan sengaja dilakukan untuk mengumpulkan kurban. Wanita ditangkan dan dijadikan selir para perwira pemenang.
Selain itu, Historical Origins of International Criminal Law menegaskan bahwa tahanan di Tiongkok 6.000 tahun yang lalu bahkan mungkin dimakan selama masa kelaparan. Praktik pengurbanan manusia dan kanibalisme ini menghilang jauh sebelum terbentuknya Kekaisaran Tiongkok. Perlakuan terhadap tawanan perang agak membaik setelah berdirinya Kekaisaran Tiongkok.
Seperangkat aturan dan hukum dibuat agar kehidupan selaras di Kekaisaran Tiongkok. Bila melanggarnya, hukuman berat bahkan memalukan sudah menanti.
Source | : | Grunge |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR