Baca Juga: Tujuh Pemimpin Gila Sepanjang Sejarah, dari Tiongkok Kuno hingga Rusia
Baca Juga: Nestapa Pria Miskin di Tiongkok Kuno, Dikebiri demi Jadi Kasim
Pelindung kuku ini sebagian besar dikenakan di jari manis atau kelingking oleh wanita istana kekaisaran. “Tujuannya adalah untuk menunjukkan status tinggi mereka,” ujar Yang.
Pelindung kuku Cixi menggambarkan sifat boros Kekaisaran Tiongkok
Pengguna paling terkenal dari pelindung kuku ini mungkin adalah Ibu Suri Cixi, penguasa de facto Dinasti Qing dari tahun 1835 hingga 1908. Cixi terkenal karena kukunya yang panjangnya 15 cm.
Diperkirakan, butuh sekitar 10.000 tael perak (lebih dari 30 juta RMB atau 66,8 juta rupiah hari ini) setahun untuk merawat kuku Cixi. Dirapikan, dicat, diwarnai, dan dilindungi oleh pelindung kuku yang mewah, kuku Cixi menjadi simbol pemerintahan elit Qing yang boros di akhir kekaisaran. Sifat itu pada akhirnya membantu mempercepat kehancuran dinasti.
Hong Rengan, seorang pemimpin Pemberontakan Taiping melawan pemerintahan Qing pada pertengahan abad ke-19, mengkritik obsesi dengan kuku panjang. “Berlebihan dan boros,” katanya dalam esai “A New Treatise on Aids to Administration”.
Tren pelindung kuku akhirnya memudar setelah jatuhnya Dinasti Qing pada tahun 1911. Meskipun cat kuku dan manikur tetap populer saat ini, mengirimkan potongan kuku sebagai tanda cinta mungkin bukan ide yang bagus.
Sejarah Migrasi Manusia Modern di Indonesia Terungkap! Ada Perpindahan dari Papua ke Wallacea
Source | : | Sixth Tone |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR