Nationalgeographic.co.id—Kaisar Yuan dari Han adalah seorang kaisar Dinasti Han Tiongkok yang ke-11. Kaisar yang memiliki nama asli Liu Shi dikenal sebagai orang yang baik hati dan berbakat.
Namun, akibat kebaikannya itu ternyata membuat petaka bagi kerajaannya sendiri. Dia telah banyak dikritik karena terlalu lemah sebagai seorang raja dan merugikan diri sendiri dan juga kehidupan cintanya.
Kaisar Yuan Diberi Takhta oleh Ayah
Kaisar Yuan adalah satu-satunya putra Permaisuri Xu Pingjun, cinta sejati Kaisar Xuan dari Han. Dia menikah dengan kaisar ketika dia masih orang biasa, menemaninya melalui suka dan duka, tetapi diracun sampai mati dalam konspirasi politik pada usia yang sangat muda.
Kaisar Xuan dari Han menyadari sifat mudah tertipu dan percaya diri Kaisar Yuan. Meski memiliki anak laki-laki lain yang lebih kuat dan lebih mampu untuk menjadi raja dari kekaisaran besar, namun, dirinya tetap memberikan tahta kepada Kaisar Yuan.
Sebagai seorang pangeran, Kaisar Yuan cukup luar biasa dan berbakat. Dia berpendidikan tinggi, baik hati, dan berpengetahuan luas; beasiswanya dalam sejarah dan Konfusianisme cukup bagus dalam sejarah Tiongkok.
Selain itu, ia adalah seorang musisi jenius yang menguasai berbagai jenis instrumen dan komposisi, serta ahli kaligrafi yang hebat.
Raja Lembut yang Terus Kehilangan Kekuasaan
Setelah Kaisar Yuan naik takhta, dia sangat menghormati pejabat yang ditinggalkan ayahnya kepadanya, tetapi juga sangat percaya pada kasim dekat.
Dia selalu kesulitan memutuskan saran siapa yang harus dia dengarkan dan pihak mana yang harus dia dukung. Dengan demikian, dia hampir tidak memiliki prinsip atau ambisi politik yang konkret.
Para kasim yang bersekutu dengan beberapa bangsawan yang kuat memenangkan pejabat terhormat, yang membuat bupati yang cakap melakukan bunuh diri karena putus asa dan kecewa.
Bupati ini dipercaya dan dipilih oleh Kaisar Xuan dari Han dan telah lama mengajar Kaisar Yuan. Kaisar Yuan dari Han, sangat sedih karena kehilangan bupati tetapi juga tidak menghukum orang yang bertanggung jawab atas tragedi ini.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR