Nationalgeographic.co.id—Ventilasi hidrotermal telah diidentifikasi sebagai sumber karbon hitam terlarut yang sebelumnya belum ditemukan di lautan. Ini melanjutkan pemahaman tentang peran lautan sebagai penyerap karbon.
Karbon hitam, atau jelaga, merupakan bagian dari polusi udara partikulat halus dan berkontribusi terhadap perubahan iklim.
Karbon hitam terbentuk dari pembakaran tidak sempurna bahan bakar fosil, kayu dan bahan bakar lainnya. Pembakaran sempurna akan mengubah semua karbon dalam bahan bakar menjadi karbon dioksida (CO2), akan tetapi pembakaran tidak pernah sempurna. CO2, karbon monoksida, senyawa organik yang mudah menguap, serta karbon organik dan partikel karbon hitam semuanya terbentuk dalam proses tersebut.
Campuran kompleks partikel yang dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna sering disebut sebagai jelaga.
Karbon hitam adalah polutan iklim berumur pendek dengan masa hidup hanya beberapa hari hingga beberapa minggu setelah dilepaskan di atmosfer. Selama periode waktu yang singkat ini, karbon hitam dapat memiliki dampak langsung dan tidak langsung yang signifikan terhadap iklim, kriosfer (salju dan es), pertanian, dan kesehatan manusia.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa langkah-langkah untuk mencegah emisi karbon hitam dapat mengurangi pemanasan iklim jangka pendek, meningkatkan hasil panen dan mencegah kematian dini.
Lautan adalah salah satu penyerap karbon dinamis terbesar di dunia, dan rentan terhadap peningkatan emisi karbon dari aktivitas manusia.
Bahkan ada usulan agar dapat menggunakan lautan untuk menyerap karbon dalam upaya mengurangi emisi karbon. Namun, banyak proses di mana laut berfungsi sebagai penyerap karbon tidak sepenuhnya dipahami.
Associate Professor Youhei Yamashita dan mahasiswa pascasarjana Yutaro Mori di Universitas Hokkaido, bersama dengan Profesor Hiroshi Ogawa di AORI, Universitas Tokyo, telah mengungkapkan bukti konklusif bahwa lubang hidrotermal adalah sumber karbon hitam terlarut yang sebelumnya tidak diketahui di laut dalam.
Temuan mereka telah dipublikasikan di jurnal Science Advances pada 10 Februari 2023 dengan judul “Hydrothermal-derived black carbon as a source of recalcitrant dissolved organic carbon in the ocean.”
“Salah satu sumber karbon terbesar di permukaan bumi adalah karbon organik terlarut di lautan,” jelas Ogawa. “Kami tertarik pada sebagian dari kumpulan ini, yang dikenal sebagai karbon hitam terlarut, yang tidak dapat dimanfaatkan oleh organisme. Sumber karbon hitam terlarut di laut dalam tidak diketahui, meskipun lubang hidrotermal diduga terlibat.”
Baca Juga: Melebihi Industri Penerbangan, Pupuk Menyumbang 5 Persen Emisi Karbon
Baca Juga: Petunjuk Baru tentang Bagaimana 'Termostat Bumi' Bisa Mengontrol Iklim
Baca Juga: Dunia Hewan: Salp, Hewan Laut yang Turut Meredam Dampak Gas Rumah Kaca
Baca Juga: Tanah yang Tercemar Polusi Udara Berkontribusi pada Perubahan Iklim
Para peneliti menganalisis distribusi karbon hitam terlarut di cekungan samudra di Samudra Pasifik Utara dan Samudra Pasifik Selatan Timur. Kemudian membandingkan data dengan konsentrasi isotop helium yang dilaporkan sebelumnya yang terkait dengan emisi lubang hidrotermal, serta pemanfaatan oksigen di area ini.
Temuan mereka menunjukkan bahwa lubang hidrotermal merupakan sumber penting karbon hitam terlarut di Samudera Pasifik. Karbon hitam terlarut hidrotermal ini kemungkinan besar terbentuk karena pencampuran cairan panas dari ventilasi hidrotermal dengan air laut dingin. Lalu diangkut dalam jarak jauh hingga ribuan kilometer jauhnya.
“Yang paling penting, penelitian kami menunjukkan bahwa karbon hitam terlarut dari ventilasi hidrotermal merupakan sumber penting karbon organik terlarut di laut dalam. Dalam hal masukan karbon hitam terlarut ke laut, ventilasi hidrotermal dapat berkontribusi hingga setengah dari karbon hitam terlarut yang terbentuk oleh pembakaran biomassa atau pembakaran bahan bakar fosil dan selanjutnya diangkut melalui sungai atau pengendapan atmosfer," pungkas Yamashita.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami dengan tepat bagaimana karbon hitam terlarut ini terbentuk dari lubang hidrotermal.
Source | : | Phys.org |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR