Ruang permakaman utama dari setiap makam meliputi area seluas beberapa ratus meter persegi. Sayangnya, situs ini telah mengalami pencurian sejak Dinasti Han (202 SM - 220 M).
"Hanya beberapa artefak yang tersisa, sementara banyak yang telah dicuri," kata Wang. Namun, potongan giok yang baru-baru ini digali "menawarkan petunjuk untuk mengidentifikasi periode temuan itu".
Daun teh kuno dan artefak porselen yang ditemukan di makam tersebut mungkin bukan berasal dari Shandong. Wang berkata bahwa kerajaan Zhu kekurangan teknologi canggih yang dibutuhkan untuk memproduksi kapal semacam itu.
Sebaliknya, ia menambahkan, bentuk dan strukturnya identik dengan porselen dari negara bagian selatan Yue. Ia menduga bahwa ratu berasal dari Yue dan menikah di utara. Teh dan cangkir adalah barang kuburan yang diangkut dari kampung halamannya, ungkap Wang.
Menariknya, sisa teh pada masa itu tidak pernah ditemukan di Tiongkok selatan. Wang mengatakan sampel Shandong "lebih terlindungi dari pembusukan karena cangkir yang terbalik menghalangi udara dan tanah utara kurang asam".
Sekarang, para arkeolog menganggap bahwa bejana serupa yang ditemukan di makam Raja Yue juga digunakan untuk menyimpan teh.
Duan Teh Kuno di Makam Kaisar Jing Di
Sejarah teh perlu menambahkan temuan para ilmuwan di Beijing. Houyuan Lu, ilmuwan dari Chinese Academy of Sciences dan tim penelitiannya, mengungkapkan bahwa timnya mengekstraksi sisa-sisa tumbuhan kuno dari sebuah kota di mana Jalan Sutra bermula dan Ngari di Tibet barat, Tiongkok.
Hasilnya menunjukkan bahwa teh ditanam 2.100 tahun yang lalu untuk memenuhi kebiasaan minum dari Dinasti Han Barat (207 SM - 9 SM). Kelak tradisi minum teh Dinasti Han dibawa ke Asia Tengah sekitar 200 M, beberapa ratus tahun lebih awal dari yang tercatat sebelumnya.
Studi itu diterbitkan dalam jurnal bergengsi Nature, Scientific Reports, bertajuk "Earliest tea as evidence for one branch of the Silk Road across the Tibetan Plateau", pada 2016.
Mereka menyingkap daun-daun teh di makam Kaisar Jing Di yang berusia sekitar 2.150 tahun. Sejauh ini sampel teh tertua yang ditemukan sebelumnya berasal dari sekitar 1.000 tahun yang lalu.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR