Nationalgeographic.co.id - Ketika bangsa Spanyol memusatkan perhatiannya untuk menemukan Dunia Baru, Portugis mengarahkan perhatiannya ke timur. Asia Selatan dan Timur menjadi tujuan mereka. Pasalnya, wilayah itu merupakan sumber dari banyak barang dagangan seperti emas, rempah-rempah yang berharga, sutra, dan kekayaan lainnya. Demi menghindari rute yang sarat akan bahaya, Vasco da Gama mencari jalur perdagangan baru melalui lautan. Berkat sang navigator, rute laut baru antara Eropa dan India pun tercipta.
Kehidupan awal Vasco da Gama
“Vasco da Gama lahir dari keluarga bangsawan kecil pada tahun 1460,” tulis Greg Beyer di laman The Collector. Ayahnya adalah seorang kesatria yang naik pangkat sebagai pegawai negeri. Sedangkan ibunya adalah bagian dari keluarga yang terhubung dengan baik dan kaya.
Ketika beranjak dewasa, da Gama mengikuti jejak ayahnya dan bergabung dengan Ordo Kesatria Santiago. Raja banyak berinvestasi dalam ordo dan prospek Vasco da Gama tampak bagus. Pada tahun 1482, da Gama diberikan misi pertamanya sebagai komandan. Dia dikirim untuk merebut kapal Prancis yang telah menyerang pengiriman Portugis.
Kesuksesannya cepat dan efektif. Tidak menunggu lama, ia pun memperoleh reputasi sebagai orang yang sangat kompeten.
Pelayaran pertama
Pada tanggal 8 Juli 1497, Vasco da Gama berangkat dari Lisbon dalam perjalanan mengitari Tanjung Harapan di ujung selatan Afrika. Dengan armada empat kapal dan 170 orang, sang penjelajah melakukan perjalanan ke Samudra Hindia menuju anak benua India.
Menemani da Gama adalah saudaranya Paulo dan navigator terkenal Bartolomeu Dias. Bartolomeu Dias merupakan penjelajah pertama yang mengitari ujung selatan benua Afrika. Ia memberikan nasihat yang tak ternilai saat mereka berlayar menyusuri pantai barat Afrika.
Turut bergabung dalam ekspedisi tersebut adalah tiga orang penerjemah. Dua dari mereka berbicara bahasa Arab dan yang ketiga berbicara beberapa dialek Bantu.
Ekspedisi itu dilanda badai, tetapi itu tidak menimbulkan masalah besar. Keempat kapal berhasil menghindari masalah serius dan berhenti beberapa kali di sepanjang jalan. Mereka berlabuh di sepanjang pantai dan memasok kapal mereka dengan apa pun yang ditemukan.
Ekspedisi mengitari Tanjung, dan pada tanggal 16 Desember, mereka melewati Sungai Great Fish. “Saat itu mereka masuk ke wilayah yang belum pernah dijelajahi orang Eropa sebelumnya,” kata Beyer. Menjelang Natal, da Gama memutuskan untuk menamai pantai yang mereka lewati untuk menghormati kelahiran Kristus. Maka dinamai tanah “Natal”. Saat ini, provinsi Afrika Selatan ini diberi nama “KwaZulu-Natal”.
Mereka berlayar lebih jauh di sepanjang pantai, mencapai Mozambik pada Januari 1498. Kemudian bergerak lebih jauh lagi hingga mencapai muara Sungai Good Omens (sekarang Sungai Zambezi). Di sini, mereka mendirikan sebuah patung untuk memperingati Portugal dan pelayarannya.
Da Gama pun memutuskan untuk beristirahat di lokasi ini. Awak kapal, yang banyak menderita penyakit kudis, menghabiskan waktu sebulan untuk memulihkan diri dari perjalanan panjang mereka.
Setelah beristirahat, Vasco da Gama berlayar lagi dan melakukan perjalanan ke utara. Saat mereka berlayar ke utara, ekspedisi da Gama menyerbu dan menjarah beberapa kapal dagang. Kehadiran armada tidak diharapkan dan diusir di beberapa tempat.
Melanjutkan ke utara, perhentian Vasco da Gama berikutnya adalah kota pelabuhan Malindi. Saat itu, Malindi sedang dalam konflik dengan Mombasa. Berlawanan dengan penduduk di tempat sebelumnya, Malindi memberikan sambutan yang lebih ramah kepada da Gama dan krunya. Di sinilah da Gama menemukan seorang navigator India yang kelak membantunya mengarungi lautan antara Afrika Timur dan India.
Vasco da Gama tiba di India
Pada Mei 1498, Vasco da Gama tiba di Kalikut, India. Mereka disuguhi prosesi akbar oleh Zamorin (raja) yang kembali ke Kalikut dari Ponnani setelah mendengar kedatangan armada Eropa.
Rupanya hadiah yang diberikan da Gama gagal membuat penguasa terkesan. Sementara itu, para pedagang Muslim yang menganggapnya saingan menyatakan bahwa da Gama tidak lebih dari bajak laut biasa.
“Selanjutnya, Zamorin menuntut agar da Gama tunduk pada aturan yang sama seperti pedagang lainnya dan membayar bea cukai,” ungkap Beyer. Marah dengan keputusan ini, da Gama membawa paksa beberapa penduduk setempat dan meninggalkan India. Dia menimbang jangkar dan memulai perjalanan pulang yang panjang.
Berlayar melawan angin, butuh 132 hari untuk mencapai pantai Afrika. Da Gama memilih untuk singgah di Malindi dan beristirahat. Separuh awaknya meninggal dalam perjalanan dan banyak lainnya menderita penyakit kudis. Setelah beristirahat, da Gama melanjutkan perjalanan. Ia kembali dengan dua kapal dari empat kapal yang awalnya meninggalkan Lisbon.
Baca Juga: Kecurangan dan Kebrutalan Pelayaran Columbus Menuju Dunia Baru
Baca Juga: Kisah di Balik Ekspedisi Magellan Mencari Jalur Rempah yang Baru
Baca Juga: Telusuri Sejarah Sukun Karibia Hingga Perjalanan Kapten William Bligh
Mereka berlayar dengan lancar untuk sementara waktu, mengitari Tanjung dan berlayar ke Atlantik. Tragedi terjadi saat berada di sekitar Tanjung Verde saat saudara da Gama, Paulo, jatuh sakit parah. Da Gama mengalihkan komando kapalnya dan memilih tinggal di Tanjung Verde bersama saudaranya.
Mereka kemudian memesan perjalanan ke Portugal melalui kapal yang berangkat dari Guinea, tetapi Paulo meninggal dalam perjalanan. Oleh sebab itu, da Gama turun ketika mereka mencapai Azores. Dia menguburkan saudara laki-lakinya dan berkabung sebelum menumpang kembali ke Lisbon. “Seluruh perjalanan telah memakan waktu lebih dari dua tahun untuk diselesaikan,” Beyer menambahkan.
Vasco da Gama kembali ke Portugal
Vasco da Gama menerima sambutan sebagai pahlawan. Dan meskipun dia harus berurusan dengan Kalikut Zamorin, ekspedisi itu dianggap sukses. Tahun-tahun berikutnya Portugal mengirimkan armada perdagangan tahunan melalui rute da Gama untuk berdagang dengan India.
Sebagai imbalan atas usahanya, raja Portugal, Manuel I, memberi Vasco da Gama kota Sines sebagai wilayah pribadinya.
Sementara itu, armada yang dikirim untuk berdagang dengan Kalikut Zamorin dilanda bencana. Perselisihan dengan serikat pedagang lokal di Kalikut memicu kerusuhan yang menewaskan 70 orang Portugis. Portugis, sebagai pembalasan, membombardir kota itu. Akibatnya, perang pecah antara Kalikut dan Portugal. Sehubungan dengan peristiwa ini, da Gama menawarkan untuk mengambil alih Armada ke-4 yang akan berlayar pada tahun 1502.
Pelayaran kedua menuju India
Memimpin 20 kapal, pelayaran kedua Vasco da Gama diutus untuk menyelesaikan perselisihan dengan Kalikut Zamorin. Kali ini, da Gama akan memaksa Kalikut untuk membayar upeti ke Portugal.
Dalam perjalanan ke Kalikut, pelayaran tersebut menemui kesuksesan karena melakukan kontak dengan pelabuhan perdagangan emas Sofala. Mereka pun memaksa Kesultanan Kilwa membayar upeti.
Setibanya di pantai Kalikut, Zamorin menyadari bahwa da Gama akan melakukan kekerasan besar. Sang raja pun mencoba mengambil sikap diplomatik dengan kapten Portugis itu. Pada saat yang sama, dia mengirim surat kepada bawahannya yang memberontak, penguasa Cochin. Ia memohon bantuan untuk menghadapi ancaman Portugis. Penguasa Cochin mengirim surat kepada da Gama. Namun alih-alih berdamai, da Gama justru menambah tuntutannya pada Kalikut.
Zamorin mengirim imam besarnya untuk melakukan pembicaraan dengan Vasco da Gama. Akan tetapi sang kapten tidak tertarik untuk bernegosiasi. Dia memotong telinga dan bibir utusan itu sebelum mengirimnya kembali ke raja.
Portugis kemudian menembaki kota tersebut sehingga menyebabkan kerusakan parah. Zamorin menanggapi dengan mengirimkan armada untuk berperang. Ini dikenal dengan Pertempuran Kalikut yang dimenangkan dengan telak oleh Vasco da Gama pada 1503.
Kematian Vasco da Gama
Terlepas dari keberhasilan ini, misi itu gagal. Zamorin tidak ditundukkan meski sudah kalah dalam pertempuran.
Pada tahun 1524, ia diangkat menjadi Raja Muda harta benda Portugis di India. Belakangan tahun itu, tak lama setelah kedatangannya di kota Cochin, sang penjelajah terjangkit malaria dan meninggal. Jenazahnya dibawa kembali ke Portugal 15 tahun kemudian.
Vasco da Gama adalah tokoh yang sangat penting yang sangat penting bagi keberhasilan Portugal sebagai kerajaan kolonial. Melalui pelayarannya, dia membuka rute perdagangan dan memperjelas keberadaan Portugal sebagai penakluk.
Prestasi Vasco da Gama memang patut diacungi jempol. Akan tetapi seperti banyak penjelajah dan penakluk pada saat itu, metodenya brutal. Ia tidak ragu membunuh dan menghancurkan kota agar tuntutannya dipenuhi.
Patung dan tugu peringatannya masih ada sampai sekarang. Namun para korban kolonialisme, khususnya India, memandangnya sebagai penjajah alih-alih penjelajah.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR