Nationalgeographic.co.id—Para ilmuwan telah mengonfirmasi landak Eropa tertua di dunia yang ditemukan di Denmark yang ditemukan dalam proyek sains warga yang melibatkan ratusan sukarelawan. Landak hidup selama 16 tahun, 7 tahun lebih lama dari pemegang rekor sebelumnya.
Landak Eropa adalah salah satu mamalia yang paling kita cintai, tetapi populasinya menurun drastis dalam beberapa tahun terakhir, tulis peneliti.
Di Inggris, penelitian menunjukkan bahwa populasi perkotaan telah turun hingga 30% dan populasi pedesaan setidaknya 50% sejak pergantian abad berdasarkan data British Hedgehog Preservation Society.
Untuk mengatasi hal ini, para peneliti dan ahli konservasi telah meluncurkan berbagai proyek untuk memantau populasi landak, untuk menginformasikan inisiatif melindungi landak di alam liar.
Selama tahun 2016, warga Denmark diminta mengumpulkan landak mati yang mereka temukan untuk "Proyek Landak Denmark", sebuah proyek sains warga yang dipimpin oleh Sophie Lund Rasmussen.
Tujuannya adalah untuk lebih memahami keadaan populasi landak Denmark dengan menentukan berapa lama biasanya landak hidup. Lebih dari 400 sukarelawan mengumpulkan 697 landak mati yang menakjubkan yang berasal dari seluruh Denmark, dengan pembagian sekitar 50/50 dari daerah perkotaan dan pedesaan.
Para peneliti menentukan usia landak mati dengan menghitung garis pertumbuhan di bagian tipis tulang rahang landak, sebuah metode yang mirip dengan menghitung cincin pertumbuhan di pohon. Hasilnya telah dipublikasikan sebagai makalah di jurnal Animals.
Hasilnya, landak tertua dalam sampel dikonfirmasi berusia 16 tahun, merupakan landak Eropa tertua yang didokumentasikan secara ilmiah yang pernah ditemukan.
Dua landak lainnya masing-masing hidup selama 13 dan 11 tahun. Pemegang rekor sebelumnya hidup selama 9 tahun.
Terlepas dari individu-individu berumur panjang ini, usia rata-rata landak hanya sekitar dua tahun. Sekitar sepertiga (30%) landak mati pada atau sebelum usia satu tahun.
Sebagian besar (56%) landak terbunuh saat menyeberang jalan. 22% meninggal di pusat rehabilitasi landak, misalnya, setelah serangan anjing, dan 22% meninggal karena penyebab alami di alam liar.
Source | : | Animals,University of Oxford |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR