Nationalgeographic.co.id—Beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Tangerang Selatan memiliki kualitas udara yang buruk. Polusi yang terkandung dan sangat berbahaya salah satunya adalah PM 2,5.
PM 2,5 adalah partikulat hasil pembakaran berukuran mikro. Ketika seseorang menghirupnya, masalah yang diderita tidak hanya pernapasan, tetapi bisa menyebabkan gangguan mental anak untuk memfokuskan perhatiannya (ADHD). Dampak penyakit yang ditimbulkan dari menghirup PM 2,5 bisa jangka panjang.
"Polusi udara di Jakarta di tahun 2022 hampir delapan kali di atas pedoman World Health Organization, dan masih banyak yang belum menyadari bahwa polusi udara ini ada di dalam ruangan juga," Piotr Jakubowski berpendapat. Dia adalah Co-Founder dan Chief Growth Officer Nafas Indonesia.
"Polusi PM 2,5 bukan masalah DKI Jakarta saja. Jadi sekarang, ada banyak laporan, Jakarta itu nomor satu di dunia (soal PM 2,5), tetapi masalah Bandung, masalah Surabaya, ini masalah Jogja, dan kota lain-lainnya," lanjutnya.
Dalam konferensi pers Senin, 1 Maret 2023 di Mighty Minds Preschool Hang Tuah, Jakarta, Piotr mengatakan bahwa PM 2,5 mengancam kesehatan kelompok masyarakat yang rentan.
Polutan PM 2,5 berbeda dengan karbon. Polutan ini tidak bisa dibersihkan oleh pohon untuk segar kembali. Karena ukurannya kecil dan tidak bisa diserap, pada akhirnya menjadi debu abadi di suatu tempat yang mengancam kesehatan.
Maka, pemantauan kualitas udara berbasiskan data merupakan hal penting. Ketika kualitas udara diketahui, kita bisa menentukan aktivitas yang bisa dilakukan dan langkah pencegahan dari dampak kualitas yang buruk.
Meski pembersih udara (air purifier) yang ada saat ini bisa mengetahui kualitas udara, tingkat dan metode alatnya tidak jelas. Beberapa negara memiliki pembentukan skala pengukuran polusi udara sebagai panduan.
Produk pembersih udara sering diimpor, sehingga penghitungan yang dimiliki berdasarkan skala negara asalnya. Mereka hanya menampilkan warna tentang kualitas udara sekitarnya: hijau berarti bagus, kuning berarti cukup, jingga berarti tidak bagus, dan merah menandakan sangat berbahaya.
Oleh karena itu, Piotr bersama rekannya Nathan Roestandy di Nafas Indonesia megembangkan Clean Air Zone. Clean Air Zone berupa rangkaian perangkat seperti Air Test dan pembersih udara. Air Test berfungsi memantau kualitas udara dan jenis polutan yang terkandung di sekitarnya, sementara pembersih udara yang terintegerasi mengurangi polutannya.
Mereka mencoba penerapannya di Mighty Minds Preschool Hang Tuah. Pemilihan sekolah ini sebagai tempat uji cobanya karena anak-anak adalah kelompok yang rentan dalam paparan polusi PM 2,5.
Piotr dan rekan-rekan di Nafas Indonesia mendeteksi dengan perangkat Air Test Clean Air Zone kualitas udara di luar ruangan dan dalam ruangan kelas. Rupanya, hasilnya cenderung sama selama beberapa bulan riset.
"Ini menandakan ada kebocoran," kata Piotr. "Kualitas udara di dalam ruangan dipengaruhi kualitas di luar ruangan," lanjutnya sambil mempresentasikan hasil statistiknya.
Lalu mereka pun mencoba memasang pembersih udara. Pembersih udara itu berintegrasi dengan pendeteksi kualitas udara. Hasilnya, kualitas udara lebih bersih dengan PM 2,5 di bawah angka 12,0 mikrogram per meterkubik dengan warna hijau.
Hasil laporan kualitas udara tersedia di dasbor aplikasi Nafas dan bisa diakses bebas oleh orang tua. Dengan demikian, orang tua bisa memperhatikan kesehatan anaknya yang bersekolah di Mighty Minds Preschool.
“Memiliki kualitas udara yang baik, terutama di mana anak menghabiskan banyak waktunya seperti kelas, perpustakaan, dan kamar tidur, wajib diperhatikan oleh para guru dan orang tua," Farhan Zubedi, dokter alumni Unsyiah Kuala dan pemengaruh. "Ini akan memengaruhi tumbuh kembang anak terutama kemampuan kognitifnya."
Inklusivitas demi mendapatkan kualitas udara yang baik
Nafas Indonesia menjadikan Clean Air Zone sebagai produk untuk diterapkan di berbagai bisnis. Mereka menyadari bahwa ada banyak kebutuhan kualitas udara yang lebih baik dan bisa diperhitungkan di lingkungan kerja.
Baca Juga: Apakah Polusi Udara Telah Mempengaruhi Pelukis Impresionis Termasyhur?
Baca Juga: Polusi Kendaraan dan Pembangkit Listrik Sebabkan Osteoporosis
Baca Juga: Tren Mobil Listrik, Bisakah Menjadi Solusi Mengatasi Polusi Udara?
Baca Juga: Tanah yang Tercemar Polusi Udara Berkontribusi pada Perubahan Iklim
"Kami menyadari bahwa ada banyak kelompok yang lebih rentan, masyarakat ekonomi menengah ke bawah yang tidak bisa membeli pembersih udara yang harganya mahal," kata Nathan.
Piotr menambahkan, kehadiran Nafas adalah untuk menyuarakan pentingnya kebersihan udara di Indonesia. Untuk bisa menciptakan kualitas udara di Indonesia yang lebih bersih, ia menilai, pemerintah Indonesia harus memberlakukan undang-undang dan memberlakukannya secara ketat.
Inggris, Amerika Serikat, dan Tiongkok sempat mengalami masa polusi udara yang sangat buruk dan kematian yang massif. Ketiga negara itu berusaha mengurangi polusi dengan regulasi. "Bahkan kota di Tiongkok kualitasnya sempat (lebih buruk) di atas Jakarta. Sekarang, di bawah Jakarta," tuturnya.
"Kami akan sangat senang berbagi data dengan pemangku kepentingan dalam kepedulian kualitas udara," kata Nathan. "Kami mau bekerja sama, membagikan data, memasang alat kami, dan melawan kualitas udara yang buruk dengan pihak mana pun--NGO, pemerintah, swasta, dan lain sebagainya."
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR