Nationalgeographic.co.id—Banyak faktor yang menyebabkan jatuhnya Kekaisaran Tiongkok. Salah satunya, tampaknya, adalah faktor lingkungan.
Pada akhir abad kesembilan, bencana panen yang dipicu oleh kekeringan menyebabkan kelaparan di Tiongkok di bawah kekuasaan Dinasti Tang.
Menjelang tahun 907 Masehi, setelah hampir tiga abad berkuasa, dinasti itu akhirnya jatuh ketika kaisarnya, Ai, digulingkan, dan kekaisaran itu terpecah-pecah.
Menurut catatan atmosfer yang terkandung dalam stalagmit, salah satu penyebab keruntuhan itu mungkin karena perubahan iklim.
"Kami berpikir bahwa iklim memainkan peran penting dalam sejarah China," kata ahli paleoklimatologi Hai Cheng dari University of Minnesota, anggota tim ilmiah yang memanen dan menganalisis stalagmit dari Gua Wanxiang di Provinsi Gansu di barat laut Tiongkok.
Stalagmit tersebut mengungkapkan, misalnya, bahwa hujan penting dari monsun Asia melemah pada saat jatuhnya Dinasti Tang, Yuan, dan Ming selama 1.810 tahun terakhir.
"Iklim bertindak," kata Cheng seperti dikutip dari Scientific American, "seperti sedotan terakhir yang mematahkan punggung unta."
Terdiri atas kalsium karbonat yang terlepas dari air yang menetes, stalagmit sepanjang 11,7 sentimeter itu mencatat rekor curah hujan di wilayah ini, yang berada di tepi area yang terkena dampak monsun Asia.
Wilayah ini mendapat lebih sedikit curah hujan saat monsun ringan dan lebih banyak saat hujan deras, jelas para peneliti dalam majalah Science.
Periode hujan deras dan lemah ini, jika dibandingkan dengan catatan sejarah Tiongkok, bertepatan dengan periode kekacauan atau kemakmuran kekaisaran. Ini seperti dalam kasus perluasan Dinasti Song Utara yang bertepatan dengan masa panen yang melimpah.
Selanjutnya, catatan stalagmit cocok dengan catatan glasial di Pegunungan Alpen, catatan sedimen dari Danau Huguang Maar di Tiongkok selatan, dan kekeringan dari Barbados hingga Prancis Selatan.
Baca Juga: Kisah Kota Terlarang Tiongkok yang Kini Sudah Tidak Terlarang Lagi
Baca Juga: Delapan Benda Buatan Tiongkok Kuno yang Mengejutkan Dunia Barat
Baca Juga: Bencana Kekeringan Jadi Alasan Suku Hun Menyerang Kekaisaran Romawi
Baca Juga: Kangxi, Kaisar Tiongkok Luar Biasa yang Paling Lama Berdaulat
Faktanya, runtuhnya Dinasti Tang bertepatan dengan jatuhnya peradaban Maya. Keduanya karena kekeringan yang ekstrem.
"Kami telah menunjukkan bahwa catatan gua berkorelasi baik dengan banyak catatan lainnya, termasuk Zaman Es Kecil di Eropa, perubahan suhu [di] Belahan Bumi Utara, dan variabilitas matahari yang besar," catat Cheng.
Fluktuasi intensitas matahari di masa lalu tampaknya memainkan peran kunci dalam menentukan kekuatan monsun Asia. Rekor yang terungkap selama 50 tahun terakhir melukiskan gambaran yang berbeda, dengan jelaga buatan manusia dan gas rumah kaca menentukan kekuatan hujan.
"Sepertinya tren pemanasan dunia saat ini atau pemaksaan antropogenik akan disertai dengan tren melemahnya monsun musim panas Asia, terutama di Tiongkok barat laut," kata Cheng.
Mungkin itu sebabnya penguasa Tiongkok saat ini sangat ingin bertindak atas perubahan iklim buatan manusia.
Source | : | Scientific American |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR