Dirinya mendaftarkan saudara laki-laki dan sepupunya di Enderun. Setelah itu orang tuanya datang ke Istanbul serta masuk Islam. Hanya satu saudara laki-lakinya yang menjadi pendeta dan tetap tinggal di kampung halamannya di Sokol.
Akademi istana mendidik murid-muridnya selama 14 tahun dengan pendidikan yang amat serius dan penuh disiplin. Semua siswa memperoleh beasiswa dan tinggal di sana.
Keseharian para siswa tak lain adalah belajar. Mereka diharuskan bangun sebelum fajar terbit untuk mandi dan sholat subuh bersama sultan. Setelah sarapan, mereka segera bergegas untuk belajar.
Siswa juga terkadang menjalankan tugas istana seperti menjaga hewan buruan, pakaian sultan, senjata, ruang bawah tanah, serta mengawasi perbendaharaan dan relik suci.
Setelah mereka tuntas sekolah, mereka diangkat menjadi pegawai negeri dan dijodohkan dengan salah satu "jariyas" (Nyonya) dari harem sultan.
Sistem yang mengutamakan kompetensi dan sedikit keberuntungan serta memanfaatkan bakat warganya terlepas dari agama atau ras aslinya, diterima oleh para sejarawan sebagai salah satu prinsip yang membuat Ottoman tetap berdiri selama enam abad.
Inilah salah satu rahasia kesuksesan Utsmaniyah: Kesultanan dikelola oleh kaum elite, bukan orang-orang kaya. Namun, para elite ini tidak menjadi elite dengan uang dan pertumpahan darah. Mereka adalah orang-orang elite sejati yang bisa menjadi panutan bagi publik.
Seiring berjalannya waktu sistem devsirme secara resmi dihapuskan oleh Sultan Murad III pada awal abad ke-17 sebagai bagian dari reformasi di Kekaisaran Ottoman.
Source | : | Daily Sabah |
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR