Nationalgeographic.co.id - Disebut-sebut, sistem "devsirme" adalah salah satu prinsip yang menjaga Kekaisaran Ottoman tetap berdiri selama enam abad. Melalui devsirme, sultan dapat mengumpulkan orang-orang terbaik.
Sesuai dengan bakat mereka, orang-orang yang diambil dari devsirme akan dilatih menjadi negarawan, prajurit elite tentara Ottoman, atau bahkan sebagai pengawal sultan.
Satu-satunya kriteria untuk menaiki tangga pada Kekaisaran Ottoman adalah kompetensi. Terlepas dari ras atau agama, anak muda berbakat memiliki masa depan yang cerah.
Selama periode awal Kekaisaran Ottoman, negarawan dipilih di antara lulusan madrasah klasik, yang beroperasi di seluruh dunia Islam. Seiring berjalannya waktu, negara tumbuh lebih besar. Kekaisaran membutuhkan negarawan yang memiliki lebih banyak pengalaman politik.
Kekaisaran mulai melatih gubernurnya sendiri. Lulusan Madrasah tetap menempati posisinya sebagai ahli hukum dan agama. Di sisi lain, pegawai sipil berpangkat rendah dilatih di kantor-kantor negara.
Para pejabat kekaisaran dilatih dalam Sekolah Enderun, yang merupakan semacam akademi istana.
Sekolah Enderun terdiri dari kantor administrasi tempat masalah pribadi sultan ditangani dan sebuah akademi tempat para pejabat kekaisaran menerima pendidikan.
Para tawanan perang yang berbakat, mereka dilatih sebagai negarawan atau prajurit elite Janissari, serta dibesarkan sesuai dengan budaya Islam Ottoman.
Undang-Undang Devsirme disahkan pada abad ke-15. Putra warga non-Muslim diambil, dimasukan ke Islam, dan ditempatkan dalam layanan pemerintah untuk dilatih.
Anak-anak berusia antara delapan hingga 15 tahun dipilih yang terbaik oleh PNS yang akrab dengan ilmu fisiognomi setelah melalui berbagai ujian, berdasarkan kecerdasan, perilaku, dan penampilan fisik mereka.
Baca Juga: Tempat Terlarang, Kehidupan Tersembunyi Harem Kekaisaran Ottoman
Baca Juga: Selim III Kekaisaran Ottoman, Bawa Reformasi Hingga Kehilangan Takhta
Baca Juga: Dari Romawi hingga Ottoman, Kastil Gaziantep Hancur oleh Gempa
Perlu diketahui bahwa tidak ada anak yang diambil sebagai upeti devsirme dari komunitas Muslim, karena takut mereka akan menindas rakyat, sebab adalah kelas dominan. Selain itu, tidak ada devsirme yang diambil dari komunitas Yahudi atau Armenia.
Salah satu anak dipilih sebagai devsirme dari setiap 40 rumah tangga di sebuah kota. Namun bagi keluarga yang hanya memiliki satu anak laki-laki, maka ia tidak dibawa.
Bagi keluarga yang memberikan anaknya sebagai devsirme, maka mereka akan dibebaskan dari pajak. Hanya sedikit orang yang tidak mau menyerahkan anaknya, tetapi mereka diyakinkan dengan berbagai cara.
Jarang, anak-anak yang dijadikan devsirme kabur. Devsirme dianggap sebagai penyelamat bagi anak-anak keluarga miskin yang tinggal di desa Balkan.
Sejak Sultan Mehmed II, sistem devsirme disukai karena dinilai sangat menguntungkan. Sistem devsirme membantu provinsi-provinsi yang umumnya dihuni oleh warga non-Muslim menjadi lebih taat hukum.
Di provinsi-provinsi tersebut, pemuda yang diperbolehkan memegang senjata adalah pelayan kekaisaran. Pada suatu waktu, provinsi-provinsi ini mulai berjuang untuk kemerdekaan mereka satu per satu setelah sistem devsirme dihapuskan.
Ketika anak-anak diketahui tidak memiliki karakteristik yang dicari sesuai UU Devsirme, mereka akan dikirim ke bengkel meriam militer sebagai pekerja.
Yang lainnya ditempatkan bersama petani Muslim agar mereka belajar bahasa Turki dan Islam. Mereka kemudian dibawa ke "Acemi Oğlanlar Mektebi" (Sekolah Anak Laki-Laki Pemula) yang terletak di Istanbul dan Edirne.
Pemuda yang memiliki paras tampan dan sukses di sekolah tersebut akan dibawa ke akademi istana, Enderun.
Di sisi lain, yang kuat akan dikirim ke "Bostancı Ocağı" yang bertanggung jawab atas keamanan lingkungan istana serta pantai, atau ke janisari.
Sangat sedikit peserta devsirme yang menghubungi keluarga mereka. Sokullu Mehmet Pasha asal Kroasia menghubungi keluarganya di Bosnia tepat setelah ia menyelesaikan sekolah.
Dirinya mendaftarkan saudara laki-laki dan sepupunya di Enderun. Setelah itu orang tuanya datang ke Istanbul serta masuk Islam. Hanya satu saudara laki-lakinya yang menjadi pendeta dan tetap tinggal di kampung halamannya di Sokol.
Akademi istana mendidik murid-muridnya selama 14 tahun dengan pendidikan yang amat serius dan penuh disiplin. Semua siswa memperoleh beasiswa dan tinggal di sana.
Keseharian para siswa tak lain adalah belajar. Mereka diharuskan bangun sebelum fajar terbit untuk mandi dan sholat subuh bersama sultan. Setelah sarapan, mereka segera bergegas untuk belajar.
Siswa juga terkadang menjalankan tugas istana seperti menjaga hewan buruan, pakaian sultan, senjata, ruang bawah tanah, serta mengawasi perbendaharaan dan relik suci.
Setelah mereka tuntas sekolah, mereka diangkat menjadi pegawai negeri dan dijodohkan dengan salah satu "jariyas" (Nyonya) dari harem sultan.
Sistem yang mengutamakan kompetensi dan sedikit keberuntungan serta memanfaatkan bakat warganya terlepas dari agama atau ras aslinya, diterima oleh para sejarawan sebagai salah satu prinsip yang membuat Ottoman tetap berdiri selama enam abad.
Inilah salah satu rahasia kesuksesan Utsmaniyah: Kesultanan dikelola oleh kaum elite, bukan orang-orang kaya. Namun, para elite ini tidak menjadi elite dengan uang dan pertumpahan darah. Mereka adalah orang-orang elite sejati yang bisa menjadi panutan bagi publik.
Seiring berjalannya waktu sistem devsirme secara resmi dihapuskan oleh Sultan Murad III pada awal abad ke-17 sebagai bagian dari reformasi di Kekaisaran Ottoman.
Source | : | Daily Sabah |
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR