Nationalgeographic.co.id—Ketika para kaisar Tiongkok dan penguasa ingin menyingkirkan musuh secara diam-diam, mereka mengandalkan racun. Itulah kehebatan medis Tiongkok kuno. Segala macam zat beracun yang ditemukan di alam bisa digunakan untuk pembunuhan.
Dalam mitologi Tiongkok, bahkan bulu beracun dari burung mistik digunakan untuk membuat minuman beracun yang sempurna.
Di balik setiap racun ada kisah kebencian, penyesalan, dan pengkhianatan. Beberapa racun yang digunakan untuk menyingkirkan musuh di era Kekaisaran Tiongkok bisa disimak di sini.
Halusinogen dengan nama yang menyesatkan
Tanaman beracun ini memiliki nama manis yang secara harfiah diterjemahkan menjadi peri langit. Nama itu diberikan karena kemampuannya membuat orang yang mengonsumsinya kehilangan akal sehat dan berhalusinasi makhluk gaib.
Dalam Compendium of Materia Medica karya Li Shizhen, tanaman ini termasuk suku terong-terongan atau Solanaceae yang berbau. Peri langit muncul lewat kisah mengerikan tentang seorang biksu bejat yang menggunakan racun untuk pembunuhan dan pemerkosaan.
Li menulis bahwa pada tahun 1564, biksu Wu Ruxiang tinggal bersama keluarga yang ramah dalam perjalanannya. Dia menambahkan semacam tumbuhan ke dalam makanan mereka saat makan malam. “Setelah memakannya, semua mengalami koma dan sang biksu pun melancarkan aksinya,” tulis Yang Tingting di laman The World of Chinese.
Sebelum mereka bangun, Wu meniupkan lebih banyak bubuk tumbuhan ke telinga tuan rumahnya Zhang Zhu. Kontan saja itu membawanya ke dalam hiruk-pikuk halusinasi. Sang tuan rumah menganggap semua anggota keluarganya adalah hantu. Zhang kemudian membunuh 16 anggota keluarganya malam itu dan segera ditangkap.
Ketika efek racunnya hilang, Zhang sangat terkejut mengetahui bahwa dia telah membunuh orang tua, saudara laki-laki, dan saudara perempuannya sendiri. Akhirnya Wu juga ditangkap dan dijatuhi hukuman mati bersama Zhang.
Li mencatat bahwa akar manis (liquorice), black cohosh, dan cula badak dapat menghilangkan racun.
Benih beracun untuk menyingkirkan kaisar saingan
Pada tahun 978, Li Yu, penguasa terakhir negara bagian Tang Selatan, ditangkap oleh pasukan dari Dinasti Song.
Saat berada di pengasingan, Li menyelenggarakan pesta ulang tahunnya sendiri yang suram. Saat itu, ia meminta salah satu selir untuk membacakan puisi yang baru saja dia selesaikan, “Nyonya Yu”.
Penggalan puisi yang berbunyi, “Saya tidak tahan mengingat tanah air saya di bawah sinar bulan.” Ini mengungkapkan ratapan terselubung atas kehancuran kerajaannya dan keinginannya untuk kebebasan.
Mendengar tentang puisi itu, Kaisar Taizong dari Song dikejutkan oleh keinginan Li untuk memulihkan keadaannya sendiri. Gugup, kaisar mengatur dosis bubuk dari biji beracun pohon strychnine untuk dimasukkan ke dalam piala anggur. Piala anggur itu kemudian dikirim ke Li sebagai hadiah ulang tahun dari sang kaisar.
Setelah meneguk pemberian kaisar, Li pun mengalami sakit perut. Dia ambruk di lantai, meringkuk seperti bola, dan mati.
Anggur diracuni oleh bulu burung mitos
Salah satu kisah kuno melibatkan burung mitos yang dikenal sebagai zhen dan anggur yang diracuni oleh bulunya. Menurut cendekiawan Luo Yuan, zhen adalah seekor burung berwarna ungu gelap seperti angsa dengan paruh merah, dan mata hitam. Panjang lehernya mencapai 7 sampai 8 cun (sekitar 27 sentimeter).
Luo menulis bahwa burung ganas itu memakan ular beludak. Konon, kotorannya dapat melarutkan batu dan semua serangga akan mati di sekitar kolam tempat burung itu mabuk. “Bulu burung itu beracun,” ungkap Yang lagi. Jika bulunya dicelupkan ke dalam minuman keras, itu bisa digunakan sebagai racun yang mematikan. Satu-satunya penawar yang efektif adalah cula badak.
Catatan Sejarawan Agung mengungkapkan bagaimana Permaisuri Lü diduga menggunakan anggur beracun bulu ini. Racun itu digunakan untuk membunuh saudara tiri putranya pada tahun 194 Sebelum Masehi.
Ketika Kaisar Gaozu dari Han meninggal, takhta diberikan kepada putra Permaisuri Lü, Liu Ying. Tetapi sebelum kematiannya, Kaisar Gaozu berusaha untuk memberikan mahkota kepada Liu, putranya dari permaisuri lain.
Terjadi perebutan kekuasaan antara permaisuri dan Liu Ruyi, dengan Lü akhirnya memutuskan untuk membunuhnya. Putranya Liu Ying, yang menyukai saudara tirinya, berusaha membuatnya tetap hidup. Jadi dia memanggil Liu Ruyi ke ibu kota untuk tinggal bersamanya.
Untuk melindungi saudaranya, Liu Ying menjaga Liu Ruyi di sisinya setiap saat. Mereka bahkan makan bersama. Tetapi suatu pagi, ketika Liu Ying pergi berburu, Liu Ruyi terlalu lelah. Maka Liu Ying meninggalkannya untuk tidur di istana. Permaisuri menyelinap masuk dan memasukkan anggur beracun itu ke tenggorokan Liu Ruyi. Racun pun segera menewaskan pangeran malang itu.
Baca Juga: Putri Taiping Dinasti Tang, Menikah demi Raih Kuasa Kaisar Tiongkok
Baca Juga: Kegagalan Kaisar Tiongkok Zhaozong untuk Menyelamatkan Dinasti Tang
Baca Juga: Raja Si Zhu dari Dinasti Xia, Penemu Baju Besi di Kekaisaran Tiongkok
Baca Juga: Kisah Looty, Anjing Ratu Victoria Hasil Jarahan dari Kaisar Tiongkok
Terkejut dengan kekejaman ibunya dan berduka atas kematian saudara laki-lakinya, Liu Ying menolak untuk terlibat dalam masalah pemerintahan lagi. Ia meninggal hanya beberapa tahun kemudian.
Kutukan serigala yang mematikan
Aconite atau kutukan serigala adalah tanaman berdaun tinggi dengan bunga berkerudung biru atau biru-ungu. Tanaman ini mengandung racun yang sering digunakan untuk melapisi anak panah untuk berburu atau berperang
Dalam novel abad ke-14 Romance of the Three Kingdoms, Jenderal Guan Yu terkena panah di lengan kanan. Rupanya, panah tersebut dicelupkan ke dalam racun kutukan serigala.
Hua Tuo, tabib Guan Yu, khawatir racun akan menembus ke dalam tulang. Hua memutuskan untuk mengikis tulang dengan pisau untuk mengeluarkan racun secara langsung. Operasi dilakukan saat Guan Yu dalam keadaan sadar penuh. Sang jenderal duduk di meja perjamuan dengan tamunya dan minum serta mengobrol dengan tenang seperti biasanya. Ini menunjukkan keberanian, kekuatan, dan kepahlawanannya.
Zhang Zhongjing, seorang farmakolog dari Dinasti Jin Timur, menuliskan penangkalnya dalam Handbook of Prescriptions for Emergencies. Seseorang harus minum air garam dan jus kacang langsung setelah memakan hewan buruan yang dibunuh dengan panah beracun. Untuk manusia yang keracunan, tabib dinasti Tang Sun Simiao menyarankan untuk meminum penawar racun botan (peony) tanah dengan minuman keras atau air beras.
Sejak zaman kuno, ramuan beracun menjadi cara ampun untuk menyingkirkan musuh dengan diam-diam. Bahkan kaisar Tiongkok dan para penguasa pun menggunakan cara ini.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR