Nationalgeographic.co.id—Ahli paleontologi telah mengungkap keberadaan genus dan spesies baru elang raksasa yang pernah hidup di Australia. Elang tersebut diberikan nama ilmiah Dynatoaetus gaffae yang diidenfitikasi dari penemuan fosil di Australia Selatan.
Penemuan tersebut telah dijelaskan dalam makalah di Journal of Ornithology dengan judul "A giant raptor (Aves: Accipitridae) from the Pleistocene of southern Australia."
Dynatoaetus gaffae adalah anggota Accipitridae, keluarga burung pemangsa kecil hingga besar yang mencakup elang, hawk dan burung nasar Dunia Lama.
Burung purba itu hidup di Australia selama zaman Pleistosen, antara 700.000 dan 50.000 tahun yang lalu.
Elang ini memiliki lebar sayap hingga 3 m (10 kaki) dan cakar yang kuat yang cukup lebar untuk menangkap seekor kanguru, menjadikannya burung pemangsa terbesar yang pernah hidup di benua Australia.
Ukurannya cukup besar dibandingkan dengan kebanyakan elang yang masih hidup, tetapi masih lebih kecil dari individu terbesar yang diketahui dari dua spesies punah lainnya yang berkerabat jauh.
Dua spesies punah lainnya yaitu elang Haast (Hieraaetus moorei) dari Selandia Baru dan Gigantohierax suarezi dari Kuba.
Dynatoaetus gaffae berkerabat dekat dengan burung nasar Dunia Lama di Afrika dan Asia dan pemakan monyet atau elang Filipina (Pithecophaga jefferyi) yang terancam punah.
“Dynatoaetus gaffae dan Cryptogyps yang baru-baru ini dideskripsikan adalah genera baru raptor yang unik di Australia, masing-masing mirip elang dan burung nasar, yang ada hingga sekitar 50.000 tahun lalu,” kata Ellen Mather, ahli paleontologi di Flinders University.
“Penemuan ini mengungkapkan bahwa keluarga burung yang luar biasa ini dulunya jauh lebih beragam di Australia, dan bahwa raptor juga terkena dampak kepunahan massal yang memusnahkan sebagian besar megafauna Australia.”
Trevor Worthy dari Flinders University mengatakan, bahwa burung ini lebih besar dari elang lain dari benua lain, dan hampir sebesar elang terbesar di dunia yang pernah ditemukan di pulau Selandia Baru dan Kuba yang mempunya berat lebih dari 13 kg.
Source | : | Sci News,Journal of Ornithology |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR