Nationalgeographic.co.id—Kita mungkin mengenal seseorang yang beranda media sosialnya dipenuhi lebih banyak foto teman kucingnya daripada teman manusia. Tidak sedikit juga foto-fotonya bertemakan kucing dengan kutipan tentang kucing.
Seseorang dengan sifat seperti teman kita itu ternyata tidak sedikit. Ada banyak orang-orang lain yang punya sifat serupa dengan kegemaran yang berlebihan terhadap kucing.
Kita mungkin akan bertanya-tanya: Apakah dia seperti itu karena kucingnya? Atau apakah dia memiliki kucing karena dia seperti itu?
Jack Turban, peneliti di Yale School of Medicine menulis untuk Live Science, bahwa kucing memang memiliki reputasi aneh dan agak gelap dalam bidang ilmu saraf.
Ada penelitian yang menunjukkan bahwa kedekatan kucing dengan mamalia lain dapat menyebabkan mereka berperilaku aneh. Kekuatan kucing ini dikaitkan dengan protozoa yang hidup di kotorannya, disebut Toxoplasma gondii (atau Toxo singkatnya).
Dalam satu penelitian di Royal Society B dengan judul "Fatal attraction in rats infected with Toxoplasma gondii", para peneliti menunjukkan bahwa Toxo dapat masuk ke otak tikus dan menyebabkan tikus tidak lagi menghindari daerah tempat tinggal kucing. Tikus-tikus ini, malah tertarik dengan bau urine kucing.
Padahal sebelumnya tikus-tikus itu merasa jijik dengan bau urine kucing. Tapi setelah tikus-tikus otaknya terinfeksi, mereka berlari dengan gembira di lingkungan yang penuh dengan urine kucing.
Mereka berjalan langsung melewati perangkap kucing, sampai hidup tikus muda berakhir di bawah cakaran yang kuat.
Protozoa yang sama juga dapat memengaruhi otak manusia. Pasien yang kekebalannya terganggu, dapat terinfeksi dari kotak kotoran dan mengembangkan abses otak yang berbahaya.
Kami merawat pasien-pasien ini dengan antibiotik yang kuat dan sering merekomendasikan agar mereka melepaskan kucing mereka.
Wanita hamil juga diingatkan untuk tidak menangani kotoran kucing, karena janin belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang dibutuhkan untuk melawan Toxo.
Source | : | Live Science,Royal Society B: Biological Sciences,Psychological Medicine |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR