Nationalgeographic.co.id—Kaki lincah Sofiane Boufal telah menjadi ancaman bagi tim lawan saat ia melancarkan serangan balik cepat bagi tim nasional sepak bola Maroko di perhelatan akbar, Piala Dunia 2022.
Namun, bukan hanya keatraktifan Boufal selama laga yang menjadi viral karena sorotan media. "Tapi gerakan tariannya yang menjadi viral," tulis Shyam A. Krishna kepada Gulf News.
Ia menuliskan kisah di balik suksesnya tim nasional sepak bola Maroko dalam sebuah artikel berjudul "How mothers helped Morocco to make history at Qatar World Cup" yang diterbitkan pada 12 Desember 2022.
"Itu adalah momen paling menawan di Piala Dunia Qatar," terusnya. Boufal memilih berbagi kebahagiaan dengan ibunya saat Maroko mengukir sejarah dengan melaju ke semifinal Piala Dunia Qatar 2022.
Kegembiraan tak terbendung terlihat saat ibu dan anak itu tengah menari-nari di tengah lapangan di Stadion Al Thumama, sementara brigade suporter merah hijau (warna kebanggaan timnas Maroko) bersorak memberi dukungan.
Cita-cita Maroko selama perhelatan Piala Dunia silam bak kisah dongeng bagi anak-anak di sana sejak lama. "Para pemain dipandang underdog dan ikan kecil," tambah Shyam. Bagaimana tidak, Maroko adalah tim yang tak diunggulkan ketika berada satu grup dengan Belgia dan Kroasia.
Namun Maroko berhasil, mereka mampu mengatasi rintangan yang luar biasa berat dengan melenggang jauh. Itu bukanlah dongeng belaka tatkala mereka mengejutkan Spanyol dan Portugal untuk mencapai empat besar di turnamen paling bergengsi di muka bumi.
Terekam momen menarik setiap kali timnas ini merayakan kemenangan demi kemenangan. Alih-alih mengajak WAGs-nya (istri atau pacar) untuk menikmati momen bahagia, seperti halnya Boufal, Hakimi, hingga pelatih mereka, Reragui, memilih merayakannya bersama "ibu."
Klip tentang momen paling memukau sepanjang perhelatan akbar bersama ibu itu dibagikan secara luas dan masif di media sosial. Tarian Boufal hanyalah salah satu saja yang menjadi viral.
Para pemain hingga pelatih timnas Maroko telah mengakui bahwa ibu mereka menjadi kunci suksesnya dalam mengukir sejarah baru bagi sepak bola Maroko. "Bagi saya, ibu adalah hal terpenting dalam hidup saya," kata Boufal setelah kemenangan di babak perempat final atas Portugal.
"Ketika Anda melihat ibu Anda menangis (terharu karena bahagia), itu akan membuat Anda gila (bahagia bukan kepalang)," lanjutnya selama sesi wawancara. Bagi Boufal, dukungan ibu dan keluarga adalah hal yang paling penting untuk membangun mentalitas diri.
Terlepas dari momen bahagia Boufal, Achraf Hakimi, bek sayap timnas Maroko ini juga merayakan momentum bersejarahnya untuk menjemput sang ibu. Achraf Hakimi memanjat ke tribun untuk memeluk ibunya yang dilakukannya setiap kali Maroko menang.
Setelah berhasil mencapai tribun tempat ibunya menyaksikan laga, Hakimi lekas memeluk dan mencium kening ibunya. Momen yang terabadikan lewat foto tatkala Hakimi memeluk ibunya di tribun setelah mengalahkan Spanyol, lantas menjadi heboh di media sosial.
Bek kanan itu mendapat banyak pujian atas tendangan penalti panenka yang membenamkan Spanyol dalam drama adu penalti. Seusai pertandingan, dia memposting foto bersama ibunya dengan takarir: “I love you mom”.
Lahir di Spanyol, Hakimi bersekolah di akademi muda Real Madrid, dengan tetap memilih untuk membela tim nasional sepak bola Maroko. "Saya biasa mengemudi 100 kilometer setiap hari untuk membawa putra saya ke Real Madrid," aku ayah Hakimi, Hassan, dalam sebuah wawancara.
"Saya meminta orang tua untuk berkorban segalanya demi anak-anak mereka. Saya berterima kasih kepada Allah untuk segalanya," ujar ayah Hakimi sambil menutup wawancaranya.
Istri, pacar, dan anak-anak bepergian dengan tim untuk menyaksikan sang pasangan atau ayah bertanding adalah hal biasa. Akan tetapi pesepak bola Maroko memilih membawa orang tua atau ibu mereka, ini yang mengesankan!
"Itu bagian dari sistem pendukung mereka. Semuanya ingin menyoroti pengorbanan orang tua mereka dalam kebangkitan mereka menjadi bintang," tegas Shyam dalam tulisannya.
Sang pelatih, Walid Reragui menyadari hal itu menjadi penting hingga membujuk Federasi Sepak Bola Maroko untuk mengambil sikap, mendorong segenap keluarga, termasuk ayah atau ibu para pemain untuk datang dan menyaksikan laga mereka di Qatar.
Baca Juga: Sepak Bola di Vietnam sebelum Tahun 1940 adalah Bentuk Perlawanan
Baca Juga: Ketika Rumput Piala Dunia 2022 Qatar Ajarkan Peluang Ketahanan Pangan
Baca Juga: Ketimbang Joging, Sepak Bola Lebih Baik untuk Kesehatan Tulang
"Ibu adalah kunci bagi kami. Kesuksesan kami tidak mungkin tercapai tanpa kebahagiaan dari orang tua kami," ungkap Reragui dalam sebuah sesi wawancara.
Walid Reragui, yang mengambil tugas kepelatihan di timnas sepak bola Maroko, juga terlihat berjalan ke tribun untuk mencari dan merayakan momen kemenangan timnya bersama ibunya, Fatima.
Sebelumnya, Fatima tidak pernah datang ke stadion untuk menyaksikan anaknya menahkodai sebuah tim dalam pertandingan. Momentum Piala Dunia Qatar 2022 menjadi hal pertama, akunya.
Reragui bersikeras, meminta agar ibunya datang ke Piala Dunia di Qatar. Ini hampir seperti firasatnya. Fatima berseri-seri dengan bangga saat dia menyaksikan putranya menginspirasi Maroko melaju ke babak semi final.
Setiap kali Atlas Lions (julukan Timnas Maroko) mengaum, ingatlah dukungan diam-diam dan pengorbanan besar dari ibu mereka. Karena sejatinya, "Ibu mereka adalah suporter terbaik," pungkas Reragui.
Source | : | Gulf News |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR