Setelah Fu Hao meninggal muda, Wu Ding menguburkannya di istananya. Sang raja yang patah hati itu sering meramal untuk melihat apakah dia baik-baik saja di dunia lain.
Setiap kali sebelum dia berangkat ke medan perang, dia akan mengadakan upacara pengorbanan besar untuk menyembah permaisurinya. Itu dilakukan untuk meminta restunya.
Baca Juga: Fuji An: Raja Tiongkok Biseksual Terlalu Royal yang Dikhianati
Baca Juga: Qin Hui, Pengkhianat Terbesar Sejarah Tiongkok yang Penuh Dendam
Baca Juga: Kisah Kasim Kekaisaran Tiongkok yang Licik, Korup, dan Haus Kekuasaan
Baca Juga: Petaka yang Mengakhiri Kekuasaan Dinasti Song di Kekaisaran Tiongkok
Dia bahkan mengadakan tiga pernikahan lagi untuk Fu Hao dengan raja-raja sebelumnya dari Dinasti Shang. Wu Ding mencoba meminta leluhurnya untuk merawat permaisurinya di akhirat.
Raja Wu Ding memiliki tiga putra yang didokumentasikan secara resmi.
Putra pertama, seorang pangeran yang dihormati. Ia dibesarkan sebagai ahli waris yang sah dan dikirim untuk bekerja sebagai warga sipil. Itu sama seperti yang dialami Wu Ding di tahun-tahun awalnya. Namun sayangnya, pangeran cakap itu meninggal muda.
Wu Ding kemudian merencanakan untuk memberikan takhta kepada putra ketiganya, yang sangat cerdas dan sopan. Tetapi pangeran ini menolak dan meninggalkan istana karena menurutnya kakak laki-lakinya yang kedua harus menjadi ahli waris yang sah.
Oleh karena itu, setelah Wu Ding meninggal, putra keduanya menjadi raja berikutnya. Raja mud aitu kemudian mencalonkan adik laki-lakinya, putra ketiga Wu Ding, sebagai putra mahkota.
Masa pemerintahan Raja Wu Ding dan kedua putranya adalah era kemakmuran terakhir dari Dinasti Shang.
Source | : | China Fetching,Britanicca |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR