Nationalgeographic.co.id—Tak hanya hewan, banyak spesies tumbuhan juga sedang dan terus berjuang untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan di bumi. Namun, sayangnya, tumbuhan sering diabaikan dalam upaya konservasi.
Padahal, tumbuhan sebenarnya lebih murah dan lebih mudah dilindungi daripada hewan dan memainkan peran penting dalam memperkuat sistem makanan, bahan bakar, dan medis kita.
Dalam sebuah ulasan yang diterbitkan dalam jurnal Trends in Plant Science pada 2 Mei, seorang ahli ekologi tumbuhan menyarankan pendekatan untuk mencegah semua kepunahan tanaman darat di seluruh dunia di masa depan.
Sarannya mencakup pelatihan lebih banyak pakar tumbuhan, membangun "metaherbarium" online, dan menciptakan "cadangan mikro."
“Tidak ada alasan teknis mengapa spesies tumbuhan yang diketahui harus punah,” tulis ahli ekologi tumbuhan Richard T. Corlett dari Kebun Raya Tropis Xishuangbanna di Yunnan, Tiongkok.
"Jika kepunahan nol berpotensi bisa dicapai untuk tumbuhan, target yang kurang ambisius tidak dapat dimaafkan," tegas Corlett seperti dikutip dari Cell Press.
Diperkirakan 21-48 persen spesies tumbuhan berpembuluh –termasuk tumbuhan berbunga dan pohon– bisa punah, terutama karena perubahan penggunaan lahan dan praktik pemanenan yang tidak berkelanjutan.
Meskipun sangat mungkin untuk mencegah kepunahan 382.000 spesies tanaman yang diketahui saat ini, tidak ada solusi tunggal yang berhasil untuk semua spesies.
Rencana konservasi dapat mengambil banyak bentuk dan dapat dilakukan baik di habitat alami tumbuhan, sering kali dalam bentuk cagar alam, atau di lingkungan yang dikurasi seperti kebun raya. Terkadang kombinasi berbagai upaya jadi paling baik.
Misalnya, cadangan mikro --sebidang kecil lahan terlindung yang dirancang untuk mengatasi kendala ruang-- bisa digabungkan dengan pasokan benih beku untuk digunakan kembali jika perlu.
"Konservasi populasi liar mandiri di kawasan lindung adalah yang ideal," kata Corlett.
"Hal ini memungkinkan evolusi lanjutan dalam menanggapi perubahan lingkungan yang sedang berlangsung (seperti perubahan iklim, dan hama dan penyakit baru) dan dukungan berkelanjutan dari mutualis, herbivora, dan patogen, beberapa di antaranya mungkin menghadapi kepunahan tanpa satu-satunya inang tanaman mereka."
Baca Juga: Apa yang Terjadi Pada Ekologi dan Biodiversitas Saat Kepunahan Massal?
Baca Juga: Melestarikan Satwa Liar Dapat Membantu Mengurangi Perubahan Iklim
Baca Juga: Siasat Indonesia untuk Target Global Konservasi Keanekaragaman Hayati
Salah satu hambatan terbesar dalam konservasi tumbuhan adalah kurangnya spesialis terlatih, terutama di daerah tropis di mana sudah ada simpanan spesies tak dikenal cukup besar yang perlu dipelajari.
"Spesies yang belum dideskripsikan tidak terlihat oleh ilmu pengetahuan dan perencanaan konservasi," kata Corlett. Kemungkinan banyak "kepunahan gelap" telah terjadi, yakni ketika spesies-spesies tertentu menghilang tanpa kita sadari.
Hambatan lain dalam mencegah kepunahan tumbuhan adalah akses informasi. Saat ini, catatan spesies yang paling dapat diandalkan berasal dari spesimen tumbuhan, yang sulit dimanfaatkan dari jarak jauh.
Corlett berpendapat bahwa para peneliti dapat mengatasi masalah ini dengan membangun "metaherbarium" online, yang menghubungkan catatan digital dari spesimen herbarium dengan foto, penilaian status, rencana pemulihan, dan tautan ke sumber daya lainnya.
Basis data online akan memungkinkan akses mudah ke informasi yang diperlukan untuk menyelamatkan semua spesies tanaman. Ini adalah suatu prestasi yang membutuhkan kolaborasi dan dedikasi di tingkat individu, nasional, dan global.
"Ada beberapa bidang utama yang membutuhkan lebih banyak penelitian, tetapi sebagian besar yang dibutuhkan bukanlah hal baru, tetapi lebih banyak hal yang sama: lebih banyak orang, lebih banyak ruang, lebih banyak dana, lebih banyak pemantauan, dan lebih banyak intervensi lokal yang berhasil," simpul Corlett.
Source | : | Cell Press |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR