Mungkin potret-potret cosplay sang Kaisar merupakan sarana baginya untuk melakukan hal-hal yang dia bayangkan, atau bisa jadi hanya untuk hiburan semata karena dirinya penggemar reka ulang karakter tertentu atau cosplay.
Sebagai seorang kaisar yang sangat sibuk dan rajin, Yongzhen menyempatkan diri untuk mengenakan, berpose, dan berimpresi layaknya cosplay masa kini. Semisal, dia berimpresi sebagai seorang pemburu Eropa, lengkap dengan peranti wignya.
Mungkin ini sarana baginya untuk mengalami hal-hal yang ingin dia lakukan. Lukisan-lukisan itu disimpan dengan baik di Kota Terlarang, juga bernama Museum Istana, untuk menunjukkan kepada dunia sisi menyenangkan Kaisar Tiongkok Yongzhen.
Kematian Kontroversial Kaisar Tiongkok Yongzheng
Kematian Kaisar Yongzheng tiba-tiba.Karenanya, ada banyak versi gosip tentang kepergiannya, termasuk pembunuhan, stroke hingga diracun.
Pertarungannya yang sengit melawan seluruh kelas penguasa setelah menjadi kaisar memberinya banyak kemungkinan pembunuh dan alasan. Sampai hari ini, kematiannya masih menjadi misteri yang tidak diketahui.
Baca Juga: Kaisar Zhuangzong, Pendiri Dinasti Tang Akhir Berakhir Dibakar Mati
Baca Juga: Xian, Mengapa Kaisar Tiongkok Dinasti Han ini Tak Punya Kuasa Nyata?
Baca Juga: Yuan Hong, Kaisar Tiongkok Hebat yang Mati Patah Hati karena Cinta
Baca Juga: Xiao Yan, Pendiri Dinasti Liang Kekaisaran Tiongkok Mati Kelaparan
Selama 13 tahun pemerintahan Kaisar Yongzheng, kerajaannya berkembang pesat. Dia terkenal karena pekerjaannya yang rajin dan efisien serta cara yang keras untuk memerangi korupsi.
Kaisar Tiongkok Yongzheng adalah raja langka yang menerapkan kebijakan yang merampok kelas penguasa dan orang kaya untuk memberi makan orang miskin.
Sebagai pejuang pemberani bagi warga sipil dan 'pengkhianat' besar bagi kelas penguasa, dia, seperti komentarnya, hanyalah orang yang tak kenal takut dan terus terang.
Setelah Kaisar Tiongkok Yongzheng meninggalkan dunia, dia mewariskan kepada putranya sebuah kerajaan yang stabil dengan bendahara yang sangat kaya, sedikit korupsi, dan tidak ada klan yang sebagian berkonflik atau kuat yang dapat memanipulasi politik.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR