Dia membeli rumah bekas dan tinggal di sana sejak saat itu. Dia menamainya Pondok Bunga Persik (Tao Hua An) dan menciptakan banyak mahakarya di sana.
Berpura-pura Menjadi Orang Gila dan Melarikan Diri dari Krisis Mematikan
Satu dekade kemudian, seorang raja mengundang Tang Yin untuk menjadi asisten pejabat di negara bawahannya, yang membuat Tang bersemangat.
Jauh di lubuk hati, Tang Yin masih ingin membantu secara politik. Jadi, dia menerima tawaran itu dengan senang hati dan kala itu dia berusia 44 tahun.
Namun, setelah tinggal di istana raja untuk sementara waktu, dia menemukan bahwa raja diam-diam bersiap untuk memberontak. Raja sedang melatih tentara dan menimbun senjata, kejahatan di Dinasti Ming Kekaisaran Tiongkok.
Tang Yin tidak ingin memberontak tetapi tidak bisa pergi dengan selamat setelah mengetahui rahasia mengerikan raja.
Oleh karena itu, Tang Yin mulai bertindak seperti orang gila dengan melesat di jalan, memakan sampah yang menjijikkan, dan memberi tahu semua orang bahwa dia adalah tamu terhormat raja.
Tidak ada yang bisa mengerti bagaimana perasaan jenius yang brilian ini tentang menjadi orang gila di jalanan, muak dengan semua orang, dan betapa putus asanya dia telah kehilangan harga diri dan harga dirinya yang terakhir. Beberapa bulan kemudian, raja merasa malu dan mengirim Tang Yin kembali.
Meninggalkan Dunia dalam Keputusasaan
Firasat Tang Yin terbukti. Raja ini memulai perang pemberontak bertahun-tahun kemudian dan dengan cepat dikalahkan oleh jenderal besar Wang Yangming. Tang Yin aman tetapi juga sangat kecewa dan putus asa.
Istri ketiganya, seorang wanita yang sangat memuja Tang Yin, meninggal dunia. Dia mengubur dirinya dalam alkohol hingga meninggal.
Jenius luar biasa ini tidak pernah mendapat kesempatan untuk mewujudkan mimpinya karena nasib buruk dan terlalu percaya diri.
Dinasti Ming Kekaisaran Tiongkok kehilangan seorang politikus yang cerdas tetapi mendapatkan seorang seniman yang luar biasa. Sebagian besar mahakarya Tang Yin yang luar biasa diselesaikan pada saat-saat paling putus asa.
Sebelum dia pergi, karena tua, sakit, dan miskin, dia meratap, "di antara dunia besar, dari surga sampai neraka, tidak ada tempat yang bisa dia tempati."
Source | : | China Fetching |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR