Mengalahkan kekuatan angkatan laut Kekaisaran Jepang bukanlah hal sepele. Togo Heihachiro, pemenang di Port Arthur, telah bersiap untuk melawan serangan Rusia, dengan menyembunyikan kapal-kapalnya di sepanjang pesisir Tiongkok dan Korea.
Ilyas menjelaskan, Pada 27 Mei 1905, armada Jepang, dengan lebih dari 60 kapal, menyerang 29 kapal Angkatan Laut Rusia.
“Pertempuran dimulai setelah armada Rusia terlihat oleh sebuah kapal pengintai, yang dengan cepat memberi tahu Laksamana Togo tentang posisi musuh.” Jelas Ilyas.
Mengejutkan musuh mereka, angkatan laut Jepang menimbulkan korban yang sangat besar bagi Kekasiaran Rusia. Alhasil, pada 29 Mei 1905, Rusia menyerah dalam pertempuran ini.
Akhir dari Perang Kekaisaran Rusia-Jepang: Kedamaian Portsmouth
Kedua belah pihak sangat menyadari bahwa perang akan memiliki dampak jangka panjang yang menghancurkan.
Bagi Kekaisaran Rusia, kekalahan yang terus menerus di darat dan laut, kerusuhan sosial, kelemahan ekonomi, serta lemahnya moral dan dukungan adalah alasan utama untuk mencari perdamaian.
Sedangkan bagi Jepang, perang yang panjang akan menjauhkan mereka dari fokus pada kesibukan lain yang lebih strategis. Pada awal Juli 1904, Kekaisaran Jepang mulai mencari perantara untuk memulai perundingan damai.
Presiden Theodore Roosevelt dari Amerika Serikat mengambil inisiatif untuk membantu kedua pihaki untuk mencapai kesepakatan damai. Perundingan damai berlangsung pada Agustus 1905, di Portsmouth, New Hampshire.
Rusia setuju untuk memenuhi semua tuntutan Kekasiran Jepang terkait pengakuan pengaruh di Korea, penyerahan Port Arthur ke Jepang, dan evakuasi Manchuria.
Namun, Ilyas menjelaskan, delegasi tsar menolak konsesi teritorial lebih lanjut atau pembayaran ganti rugi perang.
“Dengan dukungan Theodore Roosevelt, Kekaisaran Jepang membatalkan tuntutannya untuk membayar ganti rugi dengan imbalan bagian selatan Pulau Sakhalin,” jelas Ilyas.
Perang Rusia-Jepang memiliki banyak dampak jangka panjang. Bagi Jepang, perang ini memulai ekspansinya ke benua Asia dan menegaskan status barunya sebagai kekuatan global. Sedangkan bagi Rusia, kekalahan ini melambangkan kelemahan rezim kekaisaran Rusia.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR