Nationalgeographic.co.id—Ranu langsung berlari menuju rekan-rekan ofisialnya, setelah mencapai garis finish pertama sebagai pelari balap orienteering wanita. Waktu tempuhnya 124 menit 14 detik di pukul 11.04 WIB, Minggu tanggal 21 Mei 2023.
Kendati sebagai yang mencapai garis finish pertama bagi pelari wanita, Ranu justru berada di urutan keenam. Pasalnya, medan balap orienteering di Dieng membuatnya harus memutar kepala, alih-alih sekadar menguras stamina.
Rute balap dimulai dari Taman Syailendra, kemudian menuju tikungan dekat pintu masuk Telaga Warna, menuju perkampungan, mendaki Gunung Pangonan, hingga akhirnya berakhir di Taman Syailendra lagi.
Ditambah lagi, wanita bernama lengkap Siti Aisyah Ranukumbolo itu termasuk pelari yang start pertama. Balap lari orienteering, berbeda dengan balap lari umumnya. Saat balapan dimulai, pelari dibagi dalam pelbagai waktu, bukan langsung semuanya. Ranu termasuk yang pertama bagi kelas wanita umur 20 atau menengah (W20).
Pelari orienteering dibekali alat navigasi berupa kompas dan peta, serta perekam waktu yang disesuaikan pada titik daerah tertentu agar bisa dikonfirmasi juri. Tentu, alasannya supaya tidak ada pelari yang tersesat, dan merekam waktu tempuh, sekaligus mempermudah juri mengetahui pemenangnya.
"Enggak mudah," kata Ranu. "Lari pertama itu enggak mudah karena harus buka jalan. Beda sama yang urutan berikut-berikutnya, bisa lihat rute dari yang di depannya."
Saat tiba di Gunung Pangonan, Ranu sempat terperanjat ke dalam lumpur. Kakinya tergores-gores karena ilalang. Dia puas dengan tempat-tempat yang dilalui, karena di luar ekspektasinya. "Rutenya jadi kayak petualangan begitu, tapi saya sering nyasar terus berhasil balik lagi," lanjutnya tersenyum.
Sehari sebelumnya, Sabtu tanggal 20 Mei 2023, Ranu menyabet urutan kedua bersama Ariyandi Subekti dalam lomba lari orienteering kategori relay sprint. Bagian pertama ini seperti estafet dengan perempuan yang lari terlebih dahulu, lalu dilanjutkan kelompok laki-laki.
Ranu berhasil menjadi yang pertama tiba di garis akhir sebagai pelari perempuan, kemudian dilanjutkan oleh rekannya. Akan tetapi, Yandi justru terbalap oleh peserta putra lainnya. Yang jelas, pada bagian inilah mereka berdua berhasil mengangkat bendera organisasi mereka, Makopala Orienteering Club dari Universitas Budi Luhur.
Lomba Dieng Orienteering Race (DOR) 2023 ini diselenggarakan oleh Main Outdoor dengan mengusung tema "Collaborate energy above the cloud". Rahman Mukhlis selaku Event Director Dieng Orienteering Race 2023 mengungkapkan, tema ini mengolaborasikan beberapa aspek yang menarik dari Dieng.
"Kita ingin di Dieng ini, mengolaborasikan semua pemangku kepentingan, baik itu pemerintah, kemudian juga organisasi, asosiasi, federasi, komunitas, kemudian juga pelaku usaha dan masyarakat, khususnya pariwisata, lalu juga akademisi, serta juga media," tutur Rahman. "Kita ingin nyebarin energi positif di Dieng ini, di negeri above the cloud ini."
Dieng punya potensi wisata yang luar biasa. Rahman mengatakan, yang paling terkenal dari tempat ini adalah yang berkaitan kebudayaan dan alam. Lewat ajang balap orienteering ini, diharapkan wisata Dieng bisa dijelajahi atau bahkan menemukan hal baru, terutama dari segi wisata olahraga.
"Jadi, di dalamnya kita enggak hanya sport saja, tetapi juga ada tarian budayanya seperti tari lengger, rute yang dilewati ada aspek alamnya, melewati candi, dan juga kami bekerja sama dengan Dinas Pariwisata di Wonosobo dan Banjarnegara—mengingat Dieng dibagi antara dua kabupaten—dan melibatkan UMKM," lanjutnya.
Dieng Orienteering Race kali ini adalah yang kedua kalinya digelar. Tahun sebelumnya digelar pada 27—28 Mei. Ada sekitar 150 peserta dari berbagai daerah di Indonesia yang mengikuti lomba. "Harapannya, semoga event ini enggak hanya diikuti peserta nasional tetapi juga internasional. Sebelumnya pas tahun lalu lomba ini diikuti juga oleh orang luar negeri," tambah Rahman.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR