Selama Dinasti Ming, tembok itu adalah salah satu dari tiga strategi untuk menghadapi bangsa Mongol. Dua lainnya termasuk melakukan serangan dan menyuap para pemimpin penting dengan hadiah atau akses ke perdagangan.
Mitos tentang Tembok Besar Tiongkok yang bisa dilihat dari bulan
Pada tahun 1923, muncul mitos yang paling bertahan lama tentang tembok itu. Disebutkan bahwa Tembok Besar adalah satu-satunya karya manusia yang terlihat dari bulan.
Neil Armstrong, setelah kembali dari bulan pada tahun 1969, beberapa kali ditanya apakah tembok itu terlihat. Tetapi karena bahan konstruksi tembok, yang menyatu dengan medan di sekitarnya, Tembok Besar hanya dapat dilihat dari orbit rendah (160 kilometer ke atas). Dan bahkan saat itu, matahari harus berada dalam posisi yang sempurna untuk meneranginya dan melemparkan bayangan.
Bahkan astronot Tiongkok sendiri, Yang Liwei, mengaku tidak dapat mengidentifikasi struktur tersebut dengan mata telanjang.
Sejarah Tembok Besar itu dibangun selama berabad-abad
Pembangunan tembok pertama kali diprakarsai oleh Kaisar Qin Shi Huang sekitar tahun 220 Sebelum Masehi. Selama berabad-abad, Kekaisaran Tiongkok terpecah menjadi banyak faksi geopolitik. Selama periode Negara Berperang, sebagian besar tembok dibangun untuk membentuk batas antara kelompok yang berbeda.
Ketika Dinasti Qin memerintah, tembok antar negara bagian dihilangkan dan beberapa digunakan kembali untuk membentuk perbatasan antara Kekaisaran Tiongkok dan orang barbar di utara.
Bagian yang paling abadi atau bertahan dibangun selama Dinasti Ming (1368-1644). Saat itu, Beijing dijadikan ibu kota Kekaisaran Tiongkok yang baru. Tembok ini membentang dari Sungai Yalu (di perbatasan dengan Korea Utara modern) hingga Provinsi Gansu ratusan km ke arah barat. Tembok Ming menjadi bagian struktur yang paling terkenal. Bagian ini memiliki menara batu ikonik dan gerbang di sekitar Beijing, Tianjin, dan Hebei.
Ramuan rahasia untuk membangun Tembok Besar Tiongkok
Para ilmuwan di Universitas Zhejiang meneliti susunan mortar yang digunakan untuk membangun Tembok Besar. Mereka menyadari sesuatu yang tidak biasa ditambahkan ke campuran standar kapur dan air. Itu adalah beras ketan.
Dalam pengujiannya, para ilmuwan membandingkan kualitas mortar yang dibuat dengan dan tanpa ketan. Mereka menemukan bahwa mortar ketan-kapur memiliki sifat fisik yang lebih stabil, memiliki penyimpanan mekanis yang lebih besar, dan lebih kompatibel.
Menggunakan beras ketan sebagai bahan konstruksi adalah salah satu inovasi terbesar dari Dinasti Ming. Bahan itu membantu bangunan mereka (termasuk makam dan pagoda juga) bertahan dari gempa bumi.
Sejarah Tembok Besar Tiongkok menjadi salah satu peninggalan masa lalu yang spektakuler. Di balik kemegahannya, ternyata ada banyak fakta unik yang jarang diketahui.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | Smithsonian Magazine |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR