Susanoo kemudian mengambil kalung 500 permata milik saudara perempuannya, memakannya dan meludahkannya. Lima dewa pun lahir.
Dewa atau kami baru ini, bersama dengan tiga dewa wanita dari Amaterasu, menjadi nenek moyang bangsawan Jepang. Dewa wanita itu dihasilkan saat Amaterasu melakukan hal serupa dengan memakan pedang Susanoo. Setelah memakan pedang, tiga dewa wanita pun lahir.
Amaterasu mengasingkan diri karena ulah Susanoo
Penuh kegembiraan karena telah memenangkan tantangan dengan saudara perempuannya, Susanoo mengamuk lagi dalam perayaan. Sekali lagi, pohon-pohon dihancurkan.
Seakan masih belum cukup, Susanoo pun terus berulah. Untuk menambah penghinaan pada luka, Susanoo menguliti seekor kuda dewa dan melemparkannya ke atap istana tempat Amaterasu menenun.
Marah atas perilaku keterlaluan kakaknya, dewi matahari mengurung diri di dalam gua. Sang dewi baru keluar lagi setelah dewa dewi lain membujuknya.
Susanoo pun segera diasingkan dari surga. Dalam beberapa versi di mitologi Jepang, Susanoo tinggal bersama ibunya Izanami di Yomi, dunia bawah. Sedangkan versi lain dalam mitologi Jepang mengisahkan jika sang dewa badai menguasai dunia lautan.
Susanoo dan naga berkepala delapan dalam mitologi Jepang
Turun ke alam duniawi, Susanoo mendarat di Tori-kami di Provinsi Izumo. Saat mengembara di sepanjang Sungai Hai, dewa mendengar suara tangisan. Ia pun menyelidiki lebih lanjut.
Susanoo menemukan tiga sosok yang menyedihkan. Mereka adalah seorang lelaki, perempuan tua, dan putri muda mereka yang cantik. Semuanya menangis tak terkendali dan benar-benar ketakutan oleh sesuatu.
Saat ditanya, mereka memberi tahu dewa bahwa kesusahan mereka disebabkan oleh naga raksasa (dikenal sebagai Yamato-no-Orochi atau Koshi).
Naga tersebut datang meneror wilayah itu setiap tahun. Setiap kunjungan, makhluk mengerikan itu memakan salah satu putri pasangan tua itu.
Source | : | World History Encyclopedia |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR