Granada begitu makmur karena diisi oleh masyarakat yang terampil. Semenjak Reconquista, banyak kota yang dikenal sebagai pusat peradaban Islam seperti Sevilla, Valencia, dan Murcia jatuh ke tangan tentara Kristen.
Umat muslim, dan bahkan Yahudi, berpindah ke selatan di mana Granada menyambut mereka.
Secara otomatis, Granada menjadi kota pusat kebudayaan Islam yang baru di Semenanjung Iberia. Kota ini penuh dengan karya seni dan pengetahuan.
Bahkan, keterampilannya membangun kembali Istana Alhambra yang cantik bisa dihitung sebagai keterampilan Kekaisaran Granada pada masa jayanya.
Dalam sejarah peradaban Islam, Kekaisaran Granada di bawah Yusuf I berambisi mengembalikan kejayaan Islam di jazirah Andalusia.
Walau Kekaisaran Kastila sebagai penguasa mereka, Granada adalah kawasan otonom dan mulai membentuk aliansi dengan Kekaisaran Mariniyah di Maroko.
Kekaisaran Mariniyah pun memulai ekspedisinya tahun 1340. Mereka berharap bisa mengembalikan kawasan muslim yang hilang karena Perang Salib Spanyol.
Sayangnya, mereka dan sekutu dari Kekaisaran Granada dikalahkan oleh Kastila dan Portugis di Pertempuran Tarifa pada Oktober 1340.
Pertempuran ini membuat Kekaisaran Granada menjadi lemah. Meski demikian, minat untuk menghapus benteng sejarah peradaban Islam ini oleh Kastila ini masih kurang.
Alasan utama, wafatnya Kaisar Alfonso pada 1350. Ditambah lagi, pada masa ini orang-orang Kristen masih sibuk bertikai satu sama lain.
Barulah pada 1469 orang-orang Kristen Spanyol bersatu. Persatuan ini karena didukung perkawinan Ferdinand II dari Aragon dan Isabella I dari Kastilla.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR