Analisis mereka menunjukkan, bahwa daya tahan kecepatan tinggi khas kanguru bertubuh besar modern, ternyata tidak sama dengan kanguru dulu.
Perilaku tersebut kecuali di beberapa garis keturunan, termasuk nenek moyang langsung kanguru merah dan abu-abu.
Makropodoid awal yang hidup 25–50 juta tahun lalu berukuran kecil dan dapat mengikat, memanjat, dan melompat sampai batas tertentu. Sekitar 10 juta tahun lalu, dengan iklim yang semakin gersang dan habitat terbuka, muncullah macropodoid bertubuh lebih besar.
Kanguru modern telah mencapai massa optimal untuk lompatan yang efisien. Kanguru merah (Osphranter rufus) memiliki berat hingga 90 kilogram (198 pon), dan kanguru abu-abu timur jantan (Macropus giganteus) sekitar 66 kilogram.
Akan tetapi banyak kanguru punah jauh di atas ukuran ini, dan inilah masalahnya. Melompat menjadi tantangan nyata untuk ukuran yang lebih besar.
Kanguru yang lebih besar di masa lalu dapat mengembangkan anatomi yang lebih terspesialisasi, seperti tulang tumit panjang yang ramping untuk melompat dengan kecepatan tinggi secara efisien.
Mereka juga dapat menggunakan metode penggerak lain dengan kecepatan lebih tinggi untuk melintasi lebih banyak medan, seperti yang dilakukan oleh dua garis keturunan yang telah punah.
Sthenurine 'kanguru berwajah pendek', yang terpisah dari kanguru modern 15 juta tahun yang lalu, tampaknya telah mengadopsi 'langkah' dengan dua kaki.
Mereka menggunakannya dengan semua kecepatan. Mereka tidak memiliki kapasitas tumit untuk membawa beban berat mereka dengan cepat.
Yang terbesar dari mereka, macropodoid terbesar yang pernah ada, Procoptodon goliah, berbobot lebih dari 200 kilogram.
Protemnodon, berkerabat dekat dengan kanguru besar modern, memiliki kaki pendek dan lebar seperti kanguru pohon yang tidak cocok untuk melompat, dan kemungkinan besar mereka berjalan dengan empat kaki.
Memiliki tulang tumit yang memanjang membantu menahan gaya rotasi di pergelangan kaki saat melompat, dan tendon Achilles berujung tipis memberi kanguru modern pegas dalam lompatannya.
Source | : | Sciencealert,Alcheringa: An Australasian Journal of Palaeontology |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR