NationalGeographic.co.id – Panduan Investasi Lestari atau Sustainable Investation Guide (SIG) yang sebelumnya telah diluncurkan pada ajang KTT G20 di Jimbaran, Bali, Senin (14/11/2022). Panduan tersebut merupakan panduan investasi berkelanjutan di dalam negeri.
Pada Forum Bisnis Investasi dan Inovasi Berbasis Alam, Jumat (23/6/2023), yang merupakan bagian dari rangkaian Festival Lestari 5 di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) kembali mensosialisasikan panduan investasi lestari.
Pada kesempatan tersebut, Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia diwakili Direktur Promosi Investasi Wilayah Asia Tenggara, Australia, Selandia Baru, dan Pasifik Saribua Siahaan.
Melalui Saribua, ia mengatakan bahwa panduan investasi tersebut merupakan titik awal inovasi untuk menjawab permintaan dunia bisnis dan konsumen menuju praktik ekonomi berkelanjutan.
Ia juga mengatakan, panduan ini sudah dapat digunakan oleh pelaku usaha untuk mendorong investasi yang tidak hanya memiliki nilai ekonomi tetapi juga berdampak baik bagi lingkungan.
Baca Juga: Meneladani Konsep Pembangunan Lestari untuk Mengembangkan Wilayah dan Ekonomi Daerah
“Ini adalah upaya pemerintah untuk meningkatkan nilai realisasi investasi langsung di Indonesia yang sejalan dengan tren global menuju arah (ekonomi) keberlanjutan,” kata Saribua.
Saribua juga menyebutkan, Panduan Investasi Lestari dapat dipakai oleh berbagai pihak, khususnya investor, bisnis, dan pemerintah untuk mendorong semakin banyaknya investasi-investasi yang tidak hanya memiliki nilai ekonomi tapi juga berdampak baik bagi lingkungan.
Selain panduan investasi, BKPM juga telah melakukan penyusunan Peta Peluang Investasi (PPI) untuk mendorong investasi berkelanjutan.
Melalui PPI, BKPM mengumpulkan berbagai potensi daerah yang siap ditawarkan sebagai peluang investasi. Penyusunan proyek investasi di dalamnya turut memperhatikan aspek berkelanjutan.
Baca Juga: Kopi dan Durian, Pemantik Asa Petani di Desa Dombu
“Penyusunan proyek prioritas investasi itu memerlukan peran kunci dari pemerintah provinsi dan kabupaten. Karena itu, kolaborasi lintas pemerintah, lintas sektor dan multipihak mutlak dilakukan untuk mewujudkan target pembangunan ekonomi lestari,” ujar Saribua.
Saribua pun mengapresiasi upaya-upaya yang sedang dilakukan oleh Kabupaten Sigi bersama LTKL dan pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dalam membangun wilayah dengan tetap memperhatikan kelestarian Cagar Biosfer Lore Lindu.
Menurut dia, konsep pembangunan tersebut adalah sebuah gebrakan dan keberanian untuk mencoba pendekatan baru yang berbasis sumber daya alam dan kesejahteraan masyarakat.
Oleh sebab itu, kata Saribua, pihaknya terus mendukung sembilan kabupaten yang tergabung dalam LTKL, termasuk Kabupaten Sigi, dalam mengembangkan portofolio investasi yang berkelanjutan untuk mempromosikan komoditas unggulan setiap daerah, seperti melalui program Masterclass Investasi Lestari.
Baca Juga: Pesona Paralayang Desa Wayu, Melihat Kelestarian Sigi dari Ketinggian
“Melalui Forum Bisnis dan Investasi yang baru pertama kali digelar di Indonesia ini, saya juga berharap akan banyak partisipasi dan kerjasama yang terbentuk dari para pihak. Misalnya, investor, enabler, pelaku UMKM, offtaker, dan lainnya,” imbuhnya.
Potensi investasi berbasis alam
Dalam kesempatan tersebut, Saribua juga mengungkapkan bahwa tren investasi yang mengutamakan keramahan sosial dan lingkungan semakin meningkat di ranah global. Hal itu didorong oleh fakta bahwa semakin banyak bencana yang diakibatkan krisis iklim dan degradasi lingkungan.
“Banyak investor yang tidak sekadar berharap mendapat keuntungan, tetapi juga berharap investasi yang digelontorkan dapat menciptakan dampak baik bagi lingkungan,” kata Saribua.
Tren investasi tersebut pun menunjukkan pertumbuhan yang signifikan secara regional maupun global. Terbukti, berbagai aliansi dan inisiatif dunia bisnis mulai berkomitmen untuk mencapai target net-zero carbon dalam menjalankan usahanya.
Baca Juga: Hutan Ranjuri nan Luhur: Penyerap Karbon dan Pelindung Masyarakat Sigi
Dari sisi pasar, permintaan atas produk-produk yang berkelanjutan pun kian meningkat.
“Kebutuhan investasi untuk sektor ini di Indonesia hingga 2040 tercatat sebesar 45,4 miliar dollar Amerika Serikat (AS). Pemerintah kini berupaya untuk mencapai net-zero emission pada tahun 2060 atau lebih cepat,” kata Saribua.
Target tersebut, menurut Saribua, dikutip dari hasil forum Conference of Parties (COP) ke-27 yang diselenggarakan pada November 2022, di mana Pemerintah Indonesia menyampaikan peningkatan ambisi penurunan emisi gas rumah kaca melalui dokumen Enhanced NDC (ENDC) Indonesia.
Dalam agenda tersebut, kata Saribua, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menyebutkan pengembangan Investasi lestari sebagai bagian dari 5 Agenda Besar Indonesia. Agenda tersebut di antaranya adalah hilirisasi dan industrialisasi sumber daya alam, optimalisasi sumber energi bersih dan ekonomi hijau, UMKM naik kelas.
Baca Juga: Festival Lestari 5, Langkah Menguatkan Perda Sigi Hijau
Presiden Jokowi juga menyebutkan, sektor perkebunan, kelautan, perikanan dan kehutanan juga masuk ke dalam sektor prioritas yang perlu digenjot investasinya.
“Peran investasi swasta dibutuhkan untuk percepatan pembangunan berkelanjutan melalui investasi yang ramah lingkungan, berkomitmen untuk mendidik tenaga kerja lokal, bersedia melakukan transfer teknologi, serta memberikan nilai tambah bagi Indonesia dalam pengelolaan sumber daya alam dengan hilirisasi produk,” papar Saribua.
Tak hanya itu, Saribua juga menyinggung soal potensi investasi pada bisnis berbasis alam yang terbilang besar. Laporan World Resource Institute (WRI) pada 2019 yang memperkirakan bahwa inovasi berbasis alam secara global senilai 1,8 triliun dollar AS dapat menghasilkan manfaat bersih sebesar 7,1 triliun dollar AS.
Adapun jumlah tersebut diperkirakan akan tercapai apabila investasi mulai dilakukan pada 2020 hingga 2030.
Sementara itu, berdasarkan Global Sustainable Fund Flows (Morningstar, 2022), aset dana berkelanjutan global tercatat sebanyak 2,74 triliun dollar AS pada Desember 2021. Dana itu meningkat 53 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Dana berkelanjutan global mencakup dana terbuka dan dana yang diperdagangkan di bursa dengan tujuan investasi yang berkelanjutan, serta menggunakan kriteria Lingkungan, Sosial, dan Tata kelola (LST) dalam penentuan keputusan investasi mereka.
“Semoga kegiatan ini menciptakan peluang investasi dan kerjasama untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan di daerah. Saya berharap, festival ini juga bisa menjadi contoh nyata penyelenggaraan acara yang terencana dan mampu menghasilkan tindak lanjut bersama dalam jangka panjang,” pungkas Saribua.
Kontributor:
Teks: Basri Marzuki
Foto: Joshua Marunduh
Penulis | : | Yussy Maulia |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR