Nationalgeographic.co.id—Gunung Fluchthorn di Silvretta Alps dilaporkan telah kehilangan puncak bekunya belum lama ini. Menyusul laporan tersebut, para ahli geologi memperkirakan, akan ada lebih banyak puncak gunung yang beku selama ribuan tahun, kemudian tiba-tiba runtuh karena perubahan iklim.
Fluchthorn di Silvretta Alps sekarang sekitar 60 kaki atau sekitar 19 meter lebih pendek dari sebelumnya. Sepertinya ada lebih banyak gunung, diperkirakan akan bernasib sama karena pemanasan global mencairkan permafrost atau lapisan tanah beku yang menyatukannya, menurut para ahli.
Bagian dari puncak gunung Swiss itu telah runtuh. Runtuhan itu melepaskan lebih dari 3,5 juta kaki kubik (100.000 meter kubik) batu yang kemudian menabrak lembah di bawahnya.
Insiden itu kemungkinan akibat pencairan permafrost atau lapisan tanah beku. Para ilmuwan telah memperingatkan peristiwa serupa akan terjadi karena perubahan iklim menyebabkan tanah beku kuno menurun.
Insiden itu terjadi pada 11 Juni setelah periode panjang suhu tinggi di negara itu. Rekaman video mengungkapkan runtuhnya puncak Fluchthorn secara tiba-tiba.
Gunung Fluchthorn memiliki ketinggian hampir 11.155 kaki atau sekitar 3.400 meter di atas permukaan laut. Gunung Fluchthorn merupakan puncak tertinggi kedua di Silvretta Alps, di perbatasan Swiss dan Austria.
Gunung Fluchthorn terletak di antara Jamtal (Tyrol) dan Val Fenga (Graubünden). Gunung ini terdiri dari tiga puncak, dengan puncak di bagian selatan adalah yang tertinggi.
Namun, puncak selatan (termasuk lintas puncak) runtuh akibat longsor besar-besaran yang terjadi pada 11 Juni 2023 sekitar pukul 15.30 CEST (Waktu Musim Panas Eropa Tengah).
"Setengah dari puncak itu terkoyak oleh penghancuran," kata penyelamat gunung Riccardo Mizio kepada surat kabar Austria Kronen Zeitung. Tidak ada yang terluka oleh runtuhan batu tersebut.
Puncak beku utama Fluchthorn kehilangan sekitar 330 kaki atau sekitar 100 meter bagiannya. Runtuhan itu jatuh di wilayah barat puncak, di Lembah Futschöl.
Puncak tengah, yang tingginya 11.145 kaki atau sekitar 3.397 meter, sekarang menjadi titik tertinggi Fluchthorn. Artinya, gunung tersebut sekarang lebih pendek sekitar 60 kaki atau sekitar 19 meter dari sebelumnya.
Fluchthorn berada di antara mischabel massif, kelompok gunung tertinggi di Swiss. Gugusan 11 puncak semuanya berada di atas 13.123 kaki (4.000 meter), termasuk yang tertinggi—Dom—yang tingginya 14.911 kaki (4.545 meter).
Sebagian besar puncak gunung di atas 8.202 kaki (2.500 meter) di Pegunungan Alpen ditutupi oleh permafrost, atau lapisan tanah beku permanen. Permafrost ini yang menghampar jauh ke dalam retakan di batuan padat, membantu merekatkannya.
Tanpa permafrost, lereng gunung bisa menjadi tidak stabil, menyebabkan tanah longsor dan runtuhan batu. Permafrost sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim, karena suhu yang hangat dapat menyebabkan es di retakan mencair.
Meskipun hal ini biasa terjadi di musim panas, ketika lapisan di atas permafrost cenderung mencair untuk waktu yang singkat, gelombang panas yang lebih sering terjadi di Pegunungan Alpen mengambil alih.
Gelombang panas kemudian mengakibatkan pencairan musim panas semakin cepat secara bertahap. Tidak hanya itu, pencairan yang lebih awal juga menyebabkan pencairannya menjadi lebih dalam.
Saat tanah menghangat, pencairan permafrost diperkirakan akan menggoyahkan lebih banyak batuan di seluruh Pegunungan Alpen. Hal ini menyebabkan lebih sering terjadi tanah longsor dan runtuhan batu.
"Semakin besar ukuran peristiwa, dan dalam hal ini besar, pencairannya pasti semakin dalam," kata Jan-Christoph Otto, seorang ahli geologi di University of Salzburg.
"Puncak gunung ini telah membeku selama ribuan tahun," kata Otto kepada Live Science. Karena keterlambatan perubahan iklim mencapai lapisan batuan yang lebih dalam, "keruntuhan puncak beku gunung di Fluchthorn kemungkinan besar disebabkan oleh suhu ekstrem musim panas atau musim gugur yang lalu," tambahnya.
Di Pegunungan Alpen, suhu atmosfer telah meningkat secara signifikan selama beberapa dekade terakhir. Dan peningkatan suhu tersebut telah mengancam keberadaan sejumlah puncak beku di Pegunungan Alpen yang telah membeku selama ribuan tahun.
Menurut Layanan Meteorologi Swiss, suhu di Pegunungan Alpen menghangat sekitar 0,5 derajat Fahrenheit (0,3 derajat Celsius) per dekade. Kenaikan suhu tersebut sekitar dua kali lebih cepat dari rata-rata global.
Berdasarkan data jangka panjang yang dikumpulkan dari sensor di permukaan batuan, hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap 10 tahun, suhu rata-rata di dalam batuan meningkat sebesar 1,8 F atau sekitar 1 derajat Celsius.
Meskipun tidak mungkin untuk memprediksi puncak atau lereng mana yang akan jatuh atau runtuh berikutnya di Pegunungan Alpen, para ahli memperingatkan bahwa peristiwa runtuhan batu serupa dapat terjadi di seluruh dunia yang memanas.
Otto mengatakan ada ratusan gunung di Pegunungan Alpen yang memiliki permafrost. "Mengingat peningkatan suhu yang sedang berlangsung di Pegunungan Alpen, akan ada lebih banyak peristiwa yang mungkin terjadi," katanya.
Source | : | Live Science,Austria Kronen Zeitung |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR