Nationalgeographic.co.id—Sejarah mencatat bahwa gerombolan pasukan Mongol setidaknya pernah dua kali menginvasi wilayah Kekaisaran Jepang. Penyerbuan oleh gerombolan Mongol ini dihadapi langsung oleh para prajurit samurai Kekaisaran Jepang.
Tak hanya para samurai Kekaisaran Jepang. Tuhan atau dewa dalam kepercayaan masyarakat Jepang tampaknya juga turut serta dalam pertempuran ini karena munculnya angin ilahi di kedua pertempuran tersebut.
Kala itu, pada pertengahan abad ketiga belas, gerombolan Mongol mungkin merupakan pasukan militer paling kuat di muka bumi. Wilayah Kekaisaran Mongol membentang dari Danube ke Laut Jepang dan dari Siberia Utara ke Kamboja.
Luas wilayah Kekaisaran Mongol itu mencakup daratan sekitar 33 juta kilometer persegi yang setara dengan 22% dari total luas daratan bumi. Wilayah ini juga menguasai populasi lebih dari 100 juta orang.
Sebaliknya, pada Periode Kamakura, wilayah Kekaisaran Jepang adalah sebuah pulau kecil yang terbagi oleh konflik internal dengan panglima perang saingan yang bertarung di antara mereka sendiri untuk memperebutkan tanah, hak istimewa, dan sumber daya.
Awal Mulai Invasi Mongol ke Kekaisaran Jepang
Pada tahun 1268 pemimpin Mongol, Kubilai Kahn (cucu pendiri bangsa Jenghis) mengirim utusannya ke Jepang untuk menuntut pengakuan atas kekuasaan Mongol. Hal ini dibantah oleh Jepang.
Mulanya, hanya ada sedikit tanggapan Mongol terhadap pembangkangan Kekaisaran Jepang. Sebab, Kubilai Kahn sedang terlibat dalam konflik di Tiongkok, tempat ia membangun pijakan kekuasaan yang substansial pada tahun 1273.
Setahun kemudian, Kubilai Khan mengalihkan perhatiannya kembali ke Jepang dan mengirim pasukan yang terdiri dari tentara Mongol, Tiongkok, dan Korea untuk menaklukkan para prajurit samurai Kekaisaran Jepang yang kurang ajar.
Bangsa Mongol adalah pasukan yang jauh lebih kuat daripada musuh mereka dalam beberapa hal termasuk kekuatan manusia, keterampilan organisasi dan kesadaran taktis. Keunggulan Mongol ini diakui pula oleh Shikken (Bupati) berusia 18 tahun, Tokimune Hojo.
Bahkan pada usia muda itu, Tokimune Hojo adalah seorang pejuang yang ulung dan dia menyadari betapa besar bahaya yang dihadapi Kekaisaran Jepang.
Di sisi lain ancaman Mongol ini bisa juga menjadi momentum ntuk mengakhiri perseteruan antara klan samurai yang saling bersaing dalam upaya membuat mereka bersatu melawan musuh bersama.
Source | : | The History of Fighting |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR