Para peneliti mempelajari potensi penyimpanan di gunung berapi purba bawah laut Fontanelas yang sebagian terkubur sekitar 100 kilometer dari lepas pantai Lisboa, dan puncaknya 1.500 meter di bawah permukaan laut.
Alasan memilih gunung berapi purba bawah laut, strukturnya dapat memberikan arsitektur yang ideal untuk penyimpanan karbon. Ada ruang berpori hingga 40 persen yang menunjukkan, adanya ruang memineralisasi karbon dioksida di dalam batuan setelah diinjeksi.
Selain itu, unsur-unsur tersebut kaya pada batuannya, sehingga tepat untuk memicu lokasi penyimpanan karbon. Dari sampel pengerukan gunung berapi purba, ternyata terkandung mineral karbonat yang terbentuk secara alami. Hal ini menunjukkan reaksi kimia yang diperlukan untuk menyimpan karbon, ternyata sudah dilakukan secara alami.
Proses injeksi karbon ini dilakukan ke dalam cekungan sedimen berpori yang disegel. Cara ini bertujuan supaya gas yang keluar tidak muncul dari reservoir. Karbon yang telah diinjeksi akan mulai membentuk mineral, tetapi membutuhkan proses yang memakan waktu puluhan hingga ratusan tahun.
"Apa yang membuat karbonisasi mineral sangat menarik adalah waktunya," kata Davide Gamboa, rekan penulis dan ahli geologi di University of Aveiro. "Semakin cepat ia menjadi mineral, semakin aman jadinya, dan semakin menjadi mineral, dan sifatnya permanen."
Para peneliti pun mencari cara lain, salah satunya adalah injeksi ke batuan vulkanik bawah tanah. Cara ini pernah dicoba sebelumnya tahun 2016, yang dapat membuat proses mineralisasi jauh lebih singkat—hanya dalam waktu dua tahun—prosesnya lebih aman dan efektif.
Ada banyak gunung berapi purba bawah laut di seluruh dunia. Kasus di Portugal adalah peluang baru yang mungkin bisa diterapkan beberapa negara yang punya potensi ini dalam mengurangi karbon. Para peneliti tidak menutup kemungkinan bahwa cara ini kelak bisa diterapkan di tempat lain.
Artikel ini adalah bagian dari sinergi inisiatif Lestari KG Media #SayaPilihBumi #SisirPesisir dengan media National Geographic Indonesia, Initisari, Infokomputer, dan GridOto.
Source | : | The Geological Society |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR