Dendam Kesumat sang Gisaeng
Menurut Chang Soon-hee, dilansir dari The Korea Times, Keyamura turut menjadi bagian dalam invasi Korea, didasari dendam atas kematian ayah tunangannya. Ia dipercayai untuk memimpin pasukan.
“Sebagai komandan divisi, [Keyamura] selalu berada di barisan terdepan dan membunuh ratusan tentara Korea yang bertahan,” jelas Chang.
Sama seperti Keyamura, berbahan bakar dendam, Non Gae melancarkan pembalasan atas hilangnya nyawa orang yang paling dicintainya.
Non Gae, seorang wanita yang sangat cantik, berusia 17 tahun saat kastil Jinju jatuh ke tangan tentara Jepang. Ia adalah selir dari seorang pejabat tinggi Jinju bernama Choe Gyeong-hoe dan pasangan itu saling mencintai.
Malang, kisah cinta Non Gae menjadi hancur ketika benteng berhasil dikuasai pasukan invasi. “Suaminya terbunuh di antara banyak orang lainnya,” jelas Chang.
Setelah mengamati pertempuran berdarah dengan matanya sendiri, ia tidak punya waktu untuk bersedih untuk suaminya dan tentara Korea lainya yang gugur. Ia bertekad untuk membalas dendam pada penjajah.
Pembunuhan sang Samurai
Pasukan Jepang mengadakan pesta pora, sebagai perayaan kemenangannya. Dikenal sebagai wanita tercantik di Jinju, tentara Jepang tidak melewatkan kesempatan untuk mengundang Non Gae.
Mengenakan gaun Korea-nya yang indah, ia berjalan di antara para prajurit Jepang yang gagah perkasa, Non Gae menemukan jenderal tinggi dan kuat yang telah membunuh suaminya.
Legenda Korea mengatakan bahwa Non Gae memikat Keyamura di luar paviliun untuk momen-momenintim berdua. Non Gae membawa sang samurai ke sebuah singkapan batu yang indah, menghadap ke sungai dan memeluknya dalam dekapan romantis.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR