Nationalgeographic.co.id—Pada tahun 1478, George, Adipati Clarence dieksekusi di Menara London. Saudara Raja Inggris Edward IV dan Richard III ini dikesekusi mati dengan cara ditenggelamkan dalam tong anggur Malmsey.
Tapi bagaimana kematiannya terjadi? Apakah dia benar-benar dieksekusi dalam anggur mahal atas permintaannya sendiri, seperti yang dikatakan beberapa cerita?
Masa Kecil yang Bermasalah
George lahir pada tanggal 21 Oktober 1449 di Dublin. Ayahnya, Richard, Duke of York ke-3 saat itu adalah Letnan Irlandia untuk Raja Henry VI. Ibunya Cecily berasal dari keluarga kuat Neville yang berbasis di utara Inggris.
Keluarganya terjebak dalam Perang Mawar saat ketegangan meningkat. Pada tahun 1459, George berada di Ludlow ketika ayah dan kakak laki-lakinya melarikan diri, meninggalkan dia bersama ibunya, kakak perempuan Margaret dan adik laki-laki Richard, dan tentara kerajaan menjarah kota dan kastil. George ditempatkan dalam tahanan bibinya.
Nasibnya berubah tahun berikutnya ketika ayahnya ditunjuk sebagai pewaris takhta. Akan tetapi, ketika York terbunuh di Pertempuran Wakefield pada 30 Desember 1460, George dan adik laki-lakinya Richard (kemudian menjadi Richard III) dikirim ke pengasingan di Burgundia.
Mereka ditahan oleh Duke of Burgundy, dibiarkan khawatir tentang apa yang terjadi pada keluarga mereka di rumah.
Pewaris takhta
Roda keberuntungan berputar lagi untuk George ketika kakak laki-laki tertuanya naik takhta menjadi Edward IV, raja York pertama.
George dan Richard sekarang disambut dengan hangat di istana Duke of Burgundy sebagai pangeran kerajaan dan bersiap pulang untuk penobatan saudara laki-laki mereka.
Edward berusia 18 tahun dan belum menikah. Kakak laki-laki mereka yang lain Edmund telah dibunuh bersama ayah mereka, jadi George, yang berusia 11 tahun, sekarang adalah pewaris takhta.
George diangkat menjadi Adipati Clarence pada tanggal 29 Juni 1461, sehari setelah penobatan saudara laki-lakinya.
Sustainability: Kerap jadi Limbah, Kulit Buah Kakao Ternyata Bisa Hasilkan Antioksidan
Source | : | History Hit |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR