Nationalgeographic.co.id—Keanekaragaman hayati Indonesia begitu kaya dan unik. Jika Anda bepergian ke sisi barat Indonesia seperti Pulau Sumatra dan Jawa, Anda akan melihat harimau dan gajah yang endemik di Asia. Keduanya bahkan tersebar hingga Pulau Bali.
Namun, jika Anda berkunjung ke Lombok yang berada di dekat Bali, harimau dan gajah tidak pernah Anda jumpai. Anda justru akan menjumpai kakaktua yang tidak ada di Bali dan sisi barat Indonesia lainnya. Sementara di sisi timur seperti di Papua dan Nusa Tenggara Timur, Anda akan menjumpai hewan yang mirip di Australia, seperti kanguru, koala, dan komodo.
Perbedaan ini telah disadari oleh Alfred Russell Wallace, naturalis Inggris dan salah satu penemu teori evolusi. Dia pernah menjelajahi kepulauan Indonesia dari tahun 1854 hingga 1862. Dia mengumpulkan hewan dan tumbuhan, dan mencatatnya dalam mahakarya bertajuk The Malay Archipelago yang fenomenal itu.
Karena adanya perbedaan hewan dan tumbuhan endemik, Wallace pun menggambarkan garis khayal biogeografis di tengah Indonesia. Garis itu memisahkan Bali dan Lombok di selatan Indonesia, dan di utaranya memisahkan Sulawesi dan Kalimantan.
Pada akhir abad ke-19, naturalis lainnya berkebangsaan Belanda-Jerman Max C.W Weber punya pandangan sedikit berbeda dari Wallace. Ia memisahkan Kepulauan Indonesia dengan garis biogeografis yang memisahkan Kepulauan Sula sebagai bentang alam yang dinilai memiliki hewan endemik Asia dengan Kepulauan Maluku. Di selatan, Pulau Timor dengan Kepalauan Maluku.
Perbedaan penyebaran hewan endemik Asia dan Australia yang terpisah di Kepulauan Indonesia punya beberapa faktor penyebab. Sebuah studi di jurnal Science mengamati lingkungan yang menyebabkan perbedaan keanekaragaman hayati di Garis Wallace. Makalah itu dipublikasikan 6 Juli 2023.
Penyebabnya adalah lempeng tektonik. Sekitar 45 juta tahun silam, Lempeng Australia mulai bergeser ke utara dan termakan oleh Lempeng Eurasia, menyebabkan dua daratan besar dari kedua lempeng berdekatan.
Pergerakan lempeng dalam waktu yang lama, memunculkan pulau-pulau vulkanik yang tidak terhitung di antara keduanya. Kepulauan itulah yang kelak akan menjadi Indonesia dan Filipina. Penjelasan tentang rupa Kepulauan Indonesia bisa Anda baca di artikel ini.
Kepulauan itu membentang seperti 'jembatan' dari dua benua dan membuat hewan dan tumbuhan bermigrasi ke barat atau ke timur. Suatu tempat, seperti di Indonesia tengah, mengalami percampuran dengan adanya spesies Asia dan Australia. Inilah yang membuat garis batas Wallace dan Weber berbeda.
Para peneliti dalam makalah itu juga menyebutkan faktor lainnya yang dominan: iklim daerah asal. Adaptasi iklim fauna menyebabkan distribusi penyebaran tidak merata di kedua sisi Garis Wallace.
Source | : | ETH Zurich News |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR