Nationalgeographic.co.id—Kisah petualangan Indiana Jones (diperankan oleh Harrison Ford) telah rilis pada Juni silam. Aksi laganya pun tayang di layar lebar Indonesia. Indiana Jones kembali ke layar lebar dalam saga kelima dengan judul "Indiana Jones and the Dial of Destiny" setelah 15 tahun.
Semenjak rilis pertama kali pada tahun 1981, Indiana Jones telah menjadi salah satu karakter pahlawan paling terkenal di dunia. Kisah petualangan Indiana Jones sebagai seorang arkeolog pun menjadi film yang legendaris.
Akan tetapi, sebenarnya ada banyak keraguan dari kisah petualangan Indiana Jones. Apakah Indiana Jones seorang arkeolog atau seorang penjarah? Dan bagaimana sebenarnya para arkeolog (asli) memandang kisah petualangan Indiana Jones?.
Lebih dari 40 tahun yang lalu, kisah Indiana Jones muncul pertama kali ke layar lebar. Ia menginginkan patung emas dan dikejar oleh batu besar di "Raiders of the Lost Ark".
Sejak saat itu, kisah petualangan Indiana Jones telah menjadi sumber inspirasi bagi para arkeolog di seluruh dunia.
Di satu sisi, Indiana Jones telah menarik penonton ke dalam dunia arkeologi yang menakjubkan. Di sisi lain, metodenya mengerikan dan benar-benar menyesatkan di lapangan.
Dengan film kelima (dan mungkin terakhir), "Indiana Jones and the Dial of Destiny," telah tayang perdana mulai Jumat, 30 Juni 2023.
Jadi apa pendapat para arkeolog kehidupan nyata tentang harta karun fiksi Indiana Jones?
Beberapa arkeolog dengan cepat mengatakan bahwa mereka Indiana Jones adalah sosok yang mengerikan. Itu bukanlah arkeologi, Indiana Jones tidak lebih dari seorang penjarah yang menyesatkan.
"(Apa) yang dia lakukan bukanlah arkeologi—itu penjarahan—dan jika orang tertarik pada arkeologi karena mereka ingin melakukan itu, mereka akan kecewa," kata Anne Pyburn, seorang profesor antropologi di Indiana University Bloomington.
Dalam "Raiders of the Lost Ark" Indiana mencegah Nazi memperoleh Tabut Perjanjian yang dikenal dalam agama Abrahamik. Serial tersebut berlanjut hingga "Indiana Jones and the Temple of Doom,"
Indiana kemudian pergi ke India menemukan batu mitos. Itu adalah perjalanan yang membawanya dekat dengan sekte yang mempraktikkan ilmu hitam dan pengorbanan manusia.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR