Berkemah, paralayang, dan kereta gantung
Pengunjung Tembok Besar Tiongkok diperbolehkan untuk berkemah di antara bentangan tembok. Hal ini memungkinkan para pecinta petualangan untuk melakukan perjalanan melintasi beberapa bentangan berbeda selama satu kunjungan.
Kegiatan populer lainnya yang tersedia di bagian yang lebih banyak dikembangkan dan dipugar adalah paralayang. Anda bisa menikmati keindahan bentangan Tembok Besar Tiongkok dari atas.
Jangan lewatkan juga kereta gantung yang dapat membawa pengunjung mendaki tanjakan curam. Jadi, tidak perlu repot mendaki semua anak tangga tersebut. Kereta gantung juga menawarkan pemandangan lanskap Tembok Besar mahakarya Kekaisaran Tiongkok yang menakjubkan.
Tembok Besar Tiongkok ternyata bukanlah suatu penghalang yang besar dan efektif
Konon Tembok Besar Tiongkok dibangun untuk menghalau musuh. Tapi ternyata tembok itu bukan cara yang efektif untuk menahan penjajah.
Bangsa Mongol, Manchu, dan lainnya semuanya menerobos pertahanan besar ini. Mereka bahkan membangun dominasinya di balik tembok. Genghis Khan dan Kubilai Khan dengan mudah menerobos tembok pada abad ke-13.
Pada bulan September 1550, penjajah Mongol Altan Khan memimpin puluhan ribu perampok untuk menyerang melewati Tembok Besar. Mereka membunuh ribuan warga sipil Tiongkok dan menjarah pedesaan.
Bergantung pada dinasti mana yang berkuasa, tembok itu bahkan tidak terlalu diperlukan. "Dinasti Tang hampir tidak membangun tembok, karena keluarga kekaisaran adalah bagian dari Turki dan terampil dalam peperangan dan diplomasi Asia Tengah," tulis Peter Hessler untuk New Yorker.
Selama Dinasti Ming, tembok itu adalah salah satu dari tiga strategi untuk menghadapi bangsa Mongol. Dua lainnya termasuk melakukan serangan dan menyuap para pemimpin penting dengan hadiah atau akses ke perdagangan.
Meski begitu, kunjungan ke Tembok Besar Tiongkok yang dibangun di era Kekaisaran Tiongkok ini sayang untuk dilewatkan.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR