Nationalgeographic.co.id—Tembok Besar mahakarya Kekaisaran Tiongkok adalah salah satu dari tujuh keajaiban dunia modern. Selain itu juga merupakan situs Warisan Dunia UNESCO yang dilindungi. Karena itu, tidak heran jika tembok panjang ini menjadi salah satu destinasi yang wajib dikunjungi bagi para wisatawan.
Tembok Besar Tiongkok yang dibangun di era Kekaisaran Tiongkok itu sangat panjang. Terbentang 21.196 km di sepanjang perbatasan utara Tiongkok, Tembok Besar Tiongkok melewati pegunungan, gurun, pantai, dan padang rumput. Tidak mungkin untuk melewati semuanya dalam satu kunjungan. Para ahli memperkirakan dibutuhkan waktu hingga 17 bulan untuk berjalan kaki di sepanjang Tembok Besar Tiongkok.
“Para pelancong bisa memilih area tertentu di tembok untuk dikunjungi,” tulis Rosie Lesso di laman The Collector. Beberapa area menawarkan perjalanan setengah hari atau satu hari penuh. Bahkan Anda pun bisa melakukan petualangan selama lima hari atau lebih dengan pemberhentian atau perjalanan berkemah di sepanjang jalan.
Bagaimana cara menikmati Tembok Besar Tiongkok secara maksimal?
Tembok Besar Tiongkok memiliki beberapa bagian
Di bangun di era Kekaisaran Tiongkok, Tembok Besar Tiongkok bukanlah satu bentangan panjang yang berkesinambungan. Tembok ini terbagi menjadi beberapa bagian yang dipisahkan oleh area pegunungan dan hutan belantara.
Setiap bagian dari Tembok Besar Tiongkok dibangun pada tahap yang berbeda dalam sejarah Kekaisaran Tiongkok. Pengunjung bisa berjalan di sepanjang bagian tertentu dari dinding, yang masing-masing memiliki daya tarik dan ciri khas.
Bagian-bagian tertentu dari Tembok Besar Tiongkok lebih siap untuk turis dan grup tur daripada bagian lain. Misalnya, ada panduan terencana dan jalan setapak yang dapat diakses.
Jinshanling
Bentangan tembok sepanjang 10 km yang dikenal sebagai Jinshanling membentang dari Jinshanling ke Simatai barat. Bagian ini memiliki 67 menara pengawas dengan berbagai bentuk. Adanya menara pengawas menunjukkan tujuan asli tembok sebagai sistem pertahanan melawan penyusup.
Banyak batu bata di sepanjang dinding yang diukir dengan waktu, tanggal, dan nama pasukan yang membuatnya.
Badaling
Badaling adalah salah satu kawasan paling populer di Tembok Besar Tiongkok. Salah satu alasannya adalah karena mudah dicapai dengan mobil dari kota terdekat Beijing. Di puncak musim liburan, Badaling menjadi salah satu tujuan wisata favorit. Jangan lupa pertimbangan waktu berkunjung Anda dengan hari libur di Tiongkok, ya.
Bagian Tembok Besar Tiongkok di Badaling juga telah dipugar dengan sangat baik. Area ini memiliki 16 menara pengawas dan serangkaian pemandangan menakjubkan melintasi pegunungan. “Anda juga bisa menikmati pemandangan bentangan tembok lainnya saat berjalan di Badaling,” Lesso menambahkan.
Mutianyu
Bagian dari Tembok Besar Tiongkok lainnya berada di Mutianyu, Distrik Huairou. Bagian ini memiliki panjang 2 km dan telah mengalami pekerjaan restorasi ekstensif. Karena itu, Mutianyu adalah salah satu area yang lebih mudah diakses untuk dilintasi.
Mutianyu menampilkan serangkaian 23 menara pengawas. Selain itu, Anda bisa menikmati pemandangan menakjubkan hutan belantara Tiongkok.
Simatai
Simatai memiliki nilai sejarah lebih tinggi daripada area lainnya. Namun ironisnya, kerusakan bagian ini jauh lebih parah dibandingkan dengan beberapa area tembok lainnya. Tapi, pesona dan daya tariknya tidak berkurang karena kerusakannya.
Jaraknya sekitar 2 jam dari Beijing, bagian tembok yang runtuh ini terletak di dekat kota kuno Gubei. Simatai menawarkan pandangan menarik ke dalam arsitektur masa lalu Kekaisaran Tiongkok.
Ribuan tangga di sepanjang Tembok Besar Tiongkok
Saat mengunjungi Tembok Besar Tiongkok, Anda akan menapaki banyak anak tangga. Tembok tersebut menutupi area medan yang berbatu dan tidak rata. Karena itu, anak tangga pun dibuat.
Daerah-daerah yang telah mengalami restorasi lebih mudah diakses dengan berjalan kaki. Namun perjalanan akan lebih menantang ketika mengunjungi bagian yang kurang dikenal dan rusak. Anda harus berjalan di permukaan tanah yang tidak rata. Nah, untuk itu, pastikan Anda mengenakan alas kaki yang tepat, ya!
Berkemah, paralayang, dan kereta gantung
Pengunjung Tembok Besar Tiongkok diperbolehkan untuk berkemah di antara bentangan tembok. Hal ini memungkinkan para pecinta petualangan untuk melakukan perjalanan melintasi beberapa bentangan berbeda selama satu kunjungan.
Kegiatan populer lainnya yang tersedia di bagian yang lebih banyak dikembangkan dan dipugar adalah paralayang. Anda bisa menikmati keindahan bentangan Tembok Besar Tiongkok dari atas.
Jangan lewatkan juga kereta gantung yang dapat membawa pengunjung mendaki tanjakan curam. Jadi, tidak perlu repot mendaki semua anak tangga tersebut. Kereta gantung juga menawarkan pemandangan lanskap Tembok Besar mahakarya Kekaisaran Tiongkok yang menakjubkan.
Tembok Besar Tiongkok ternyata bukanlah suatu penghalang yang besar dan efektif
Konon Tembok Besar Tiongkok dibangun untuk menghalau musuh. Tapi ternyata tembok itu bukan cara yang efektif untuk menahan penjajah.
Bangsa Mongol, Manchu, dan lainnya semuanya menerobos pertahanan besar ini. Mereka bahkan membangun dominasinya di balik tembok. Genghis Khan dan Kubilai Khan dengan mudah menerobos tembok pada abad ke-13.
Pada bulan September 1550, penjajah Mongol Altan Khan memimpin puluhan ribu perampok untuk menyerang melewati Tembok Besar. Mereka membunuh ribuan warga sipil Tiongkok dan menjarah pedesaan.
Bergantung pada dinasti mana yang berkuasa, tembok itu bahkan tidak terlalu diperlukan. "Dinasti Tang hampir tidak membangun tembok, karena keluarga kekaisaran adalah bagian dari Turki dan terampil dalam peperangan dan diplomasi Asia Tengah," tulis Peter Hessler untuk New Yorker.
Selama Dinasti Ming, tembok itu adalah salah satu dari tiga strategi untuk menghadapi bangsa Mongol. Dua lainnya termasuk melakukan serangan dan menyuap para pemimpin penting dengan hadiah atau akses ke perdagangan.
Meski begitu, kunjungan ke Tembok Besar Tiongkok yang dibangun di era Kekaisaran Tiongkok ini sayang untuk dilewatkan.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR