Menembak busur sambil menunggang kuda adalah tugas yang sulit, dan menguasainya membutuhkan latihan terus-menerus selama bertahun-tahun. Beberapa pemanah berlatih pada sasaran yang ditambatkan ke sebuah tiang, yang dapat diayunkan untuk membuat sasaran bergerak. Untuk sementara waktu, anjing hidup digunakan sebagai target panahan bergerak, sampai shogun menghapus praktik kejam tersebut.
Ilmu pedang diajarkan dengan cara yang sama tanpa henti. Satu kisah menceritakan tentang seorang guru yang akan menyerang murid-muridnya dengan pedang kayu secara acak sepanjang siang dan malam, sampai para murid belajar untuk tidak pernah melonggarkan penjagaan mereka.
Selain keterampilan prajurit, samurai diharapkan mendapat pendidikan yang baik di bidang lain, seperti sastra dan sejarah. Selama periode Tokugawa, era damai, samurai tidak terlalu dibutuhkan sebagai prajurit, jadi keterampilan akademis ini sangat berguna. Namun, beberapa master samurai memperingatkan siswa mereka untuk tidak terlalu memikirkan kata-kata dan lukisan, karena takut pikiran mereka akan menjadi lemah.
Armor Samurai
Seorang samurai langsung dapat dikenali karena baju besi dan helmnya yang khas. Meskipun baju zirah samurai awal (abad kelima dan keenam M) menunjukkan konstruksi pelat yang kokoh, baju zirah pipih yang muncul berikutnya terus mewakili citra samurai hingga saat ini.
Armor pipih dibuat dengan mengikat sisik logam menjadi pelat kecil, yang kemudian ditutup dengan pernis agar tahan air. Pelat-pelat kecil dan ringan ini diikat bersama dengan tali kulit, masing-masing pelat sedikit tumpang tindih dengan yang lain.
Awalnya, ada dua tipe dasar baju besi pipih. Pertama Yoroi, dikenakan oleh samurai berkuda, baju besi berat ini termasuk helm berat dan pelindung bahu yang mengesankan.
Kedua ada Do-Maru, awalnya dikenakan oleh prajurit pejalan kaki, baju besi ini lebih pas dan bobotnya lebih ringan.
Belakangan, saat samurai turun dari kudanya dan pertarungan tangan kosong menjadi lebih umum, baju zirah gaya do-maru menjadi lebih populer di antara semua samurai. Do-maru dimodifikasi untuk menyertakan helm berat dan pelindung bahu dan tulang kering yang ringan.
Helm, yang disebut kabuto, dibuat dari pelat logam yang direkatkan. Dalam banyak desain, paku keling membentuk deretan punggungan di sepanjang bagian luar helm, menambah tampilan khasnya.
Samurai berpangkat lebih tinggi menambahkan simbol klan dan hiasan dekoratif lainnya ke helm mereka. Beberapa helm termasuk topeng logam dengan wajah setan yang mengintimidasi, terkadang dengan kumis dan janggut yang terbuat dari bulu kuda. Selama masa damai, ornamen helm ini berkembang sangat rumit, dan saat ini dianggap sebagai karya seni.
Sebelum mengenakan baju zirahnya, seorang samurai akan mengenakan pakaian dalam yang ditutupi oleh kimono dan sepasang celana longgar yang disebut hakama. Topi empuk akan membantu meringankan beban helm besi yang berat.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR