Ada tudingan pahit setelah itu, terutama terhadap Frederick II Hohenstaufen, raja Jerman dan Sisilia. Hal itu karena Frederick II sama sekali tidak muncul dan membantu.
Frederick II dan pasukannya dianggap bisa memberi keseimbangan untuk mendukung Pasukan Salib. Sehingga mereka tidak perlu mengalami kekalah tragis.
Hasilnya, ternyata ada konsekuensi dari Perang Salib Kelima. Ternyata keputusan barat untuk menyerang Mesir menyoroti kerentanan mereka sendiri di Mediterania selatan.
Fredrick II dan Timur Tengah
Dalam sejarah Perang Salib Kelima, Frederick II memang tidak melakukan apa-apa karena ia tidak hadir dan ikut dalam perang tersebut. Namun pada akhirnya, Frederick II akan menjadi salah satu tokoh besar Abad Pertengahan.
Sejarawan Thomas Asbridge mencatat bahwa Frederick II pada abad ketiga belas dipuji oleh para pendukungnya sebagai stupor mundi (keajaiban dunia). Akan tetapi, dia dikutuk oleh musuhnya sebagai 'binatang kiamat'.
Hari ini para sejarawan terus memperdebatkan apakah dia seorang lalim tirani atau jenius visioner, praktisi pertama kerajaan Renaisans.
Sebagai sosok berperut gendut botak dengan penglihatan buruk, secara fisik Frederick agak tidak menarik. Namun pada tahun 1220-an, dia adalah penguasa paling kuat di dunia Kristen.
Pada saat Perang Salib Keenam, Frederick masih menegosiasikan bagian awal dari jalan panjangnya menuju kebesaran.
Frederick tidak meninggalkan Eropa menurut catatan sejarah Perang Salib Kelima, terlepas dari janjinya untuk melakukannya.
Hal itu karena dia mendapati dirinya dalam perebutan kekuasaan dengan kepausan atas haknya untuk dinobatkan sebagai Kaisar Romawi Suci.
Source | : | World History Encyclopedia |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR