Nationalgeographic.co.id—Di dunia hewan, mamalia tidak hanya dapat ditemukan di daratan, tapi juga di lautan. Lumba-lumba, orca, paus dan anjing laut adalah contoh mamalia laut. Dan tidak seperti ikan, mamalia laut tidak memiliki insang.
Karena mamalia laut tidak memiliki insang, maka mereka tidak bisa bernapas di bawah air seperti ikan lainnya di dunia hewan. Mamalia hanya bisa mendapatkan oksigen dengan udara di permukaan laut.
Oleh karena itu, mamalia laut tidak bisa menyelam ke dalam lautan tanpa kembali ke permukaan. Tapi para ahli kelautan pernah mendokumentasikan satu mamalia laut menyelam lebih dari 30 Patung Liberty yang ditumpuk tinggi.
Mamalia laut seperti paus dan anjing laut membutuhkan tubuh yang sangat terspesialisasi untuk menyelam. Sehingga mereka bisa menyelam jauh di bawah gelombang dan menahan tekanan laut dalam yang menghancurkan, sambil hidup tanpa oksigen untuk waktu yang lama.
"Untuk apa pun yang menghirup udara dan kemudian mencari makan di kedalaman, Anda memiliki perbedaan nyata yang tidak harus dihadapi kebanyakan spesies di dunia hewan," Nicola Quick, seorang ilmuwan kelautan di Duke University di North Carolina, mengatakan kepada Live Science.
"Salah satu sumber daya penting mereka, udara, ada di satu tempat — dan sumber daya penting lainnya, yaitu makanan, ada di tempat lain."
Tapi mamalia mana yang bisa menyelam paling dalam?
Kemampuan itu mungkin dimiliki paus berparuh angsa (Ziphius cavirostris), paus berukuran sedang yang hidup di perairan beriklim sedang dan tropis di seluruh dunia.
Pada tahun 2010, para peneliti mulai memasang pelacak satelit ke hewan-hewan ini di lepas pantai California untuk merekam pergerakan mereka, dan mereka mengungkap kemampuan menyelam paus berparuh angsa yang menakjubkan.
Salah satu dari delapan paus yang mereka tandai mampu menyelam ke bawah 9.816 kaki (2.992 meter), setara dengan sekitar 32 kali tinggi Patung Liberty.
Terlebih lagi, paus bisa menyelam dalam waktu yang lama - ada yang bertahan di bawah air selama lebih dari 2 jam.
Source | : | Live Science,Journal of Experimental Biology |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR