Pada tahun 2020, Quick dan rekan-rekannya menyaksikan rekor baru setelah mengamati paus berparuh angsa bertahan di bawah air selama 3 jam 42 menit.
Penyelaman itu diketahui dari hasil resmi penelitian mereka karena terjadi setelah terpapar sonar, yang dapat memengaruhi perilaku paus.
Akan tetapi, penelitian tersebut mencatat bahwa penyelaman selama ini mungkin menunjukkan "batas sebenarnya dari perilaku menyelam spesies ini.
Hasil penelitian Quick mencatat tiga hal yang memungkinkan paus melakukan penyelaman yang begitu lama.
Hasil penelitian mereka telah dipublikasikan di Journal of Experimental Biology dengan judul "Extreme diving in mammals: first estimates of behavioural aerobic dive limits in Cuvier's beaked whales ."
Mereka menganalisis 3680 penyelaman yang terhubung dengan satelit. Mereka mengamati 23 paus berparuh angsa untuk menilai hubungan antara penyelaman berdurasi lama dan interval penyelaman.
Pertama, darah mereka memiliki konsentrasi protein mioglobin dan hemoglobin yang tinggi, yang memungkinkan mereka menyimpan banyak oksigen.
Paus juga dapat membatasi berapa banyak darah yang mengalir ke bagian luar tubuh. Kemampuan itu untuk memastikan organ vital mendapatkan oksigen yang cukup.
Kedua, paus berparuh angsa membutuhkan metabolisme yang lambat sehingga mereka tidak menggunakan semua oksigennya sekaligus, catat studi tersebut.
"Dan untuk membantu menghemat energi, hewan-hewan itu tampaknya banyak meluncur saat berenang," catat Quick.
Terakhir, paus berparuh angsa mungkin membutuhkan cara untuk dengan cepat menahan asam laktat yang diproduksi otot mereka saat berenang.
Source | : | Live Science,Journal of Experimental Biology |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR