Setelah kejadian ini, putra keempat Shingen, Katsuyori, ditunjuk sebagai ahli waris. Shingen menaklukkan wilayah Imagawa di Suruga dengan Tokugawa Ieyasu pada tahun 1568.
Namun, ketika Shingen mulai menaklukkan ke arah barat pada tahun 1572, Pertempuran Mikatagahara pecah melawan Ieyasu.
Saat itu, samurai yang dijuluki Harimau Kai berhasil mengalahkan pasukan sekutu Oda dan Tokugawa di Provinsi Totomi dalam pertempuran ini.
Setelah itu, ia pun bergerak menuju Mikawa. Pertempuran Mikatagahara adalah satu-satunya kekalahan Ieyasu untuk semua pertempurannya.
Pasukan Tokugawa memukul mundur pasukan Takeda dengan bantuan Ujiyasu Hojo, namun setelah ini. Hubungan antara Shingen dan Ieyasu menjadi merenggang.
Pada tanggal 23 Mei 1573, Shingen tiba-tiba meninggal karena sakit. Gerak maju Klan Takeda ke arah barat terhenti karena kematian sang pemimpin.
Klan Takeda pun hanya mampu bertahan selama 9 tahun setelah kematian Shingen.
“Penggantinya, Katsuyori, dikalahkan oleh Oda dan Tokugawa pada awal tahun 1580-an, sehingga mengakhiri kekuasaan keluarga Takeda,” tambah Pletcher.
Panglima perang hebat di Kekaisaran Jepang
Shingen disebut Harimau dari Kai. Shingen menggunakan spanduk perang yang memanifestasikan risalah Seni Perang Sun Tzu “Angin, Hutan, Api, dan Gunung”.
Hal itu melambangkan taktik terpenting dalam perang. Cepat seperti tiupan angin, hening seperti hutan, invasif seperti api, dan diam seperti gunung.
Source | : | Britannica |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR