Nationalgeographic.co.id—As-Salih Ayyub atau juga dikenal sebagai Al-Malik Al-Salih adalah Sultan Mesir, pemimpin Dinasti Ayyubiyah yang memerintah pada tahun 1240 hingga 1249.
Masa pemerintahan Sultan Mesir As-Salih Ayyub adalah saat-saat menentukan dalam sejarah Perang Salib Ketujuh.
Sejarah nantinya juga mencatat, As-Salih Ayyub akan menjadi penguasa terakhir yang efektif dari dinasti Ayyubiyah yang memerintah di Mesir.
Namun demikian, seperti ayahnya, as-Salih juga berjuang untuk mempertahankan kendali atas wilayahnya. Hal itu karena persaingan antara pemimpin Muslim dan bahkan pangeran Ayyubiyah.
Kampanye as-Saliḥ melawan kerajaan Latin Yerusalem dalam dengan aliansi Khwārezmians (1244) memicu diluncurkannya Perang Salib Ketujuh.
Namun demikian, sejarah Perang Salib Ketujuh dimulai tanpa dukungan Paus dan dipimpin langsung Raja Prancis Louis IX.
Selain itu, Kekaisaran Mongol berkembang ke arah barat dan tampaknya tidak dapat dihentikan. Sementara Raja Louis IX telah membuat beberapa tawaran diplomatik terhadap khan Mongol.
Ia berharap bahwa ia dapat menjadi sekutu yang berguna dalam mengusir Ayyubiyah dari Mesir dan Levant. Raja Louis IX sendiri telah memulai Perang Salib tanpa dukungan Paus.
Sementara itu, bangsa Mongol hanya tertarik pada penaklukan. Baik penaklukan wilayah Kristen Barat atau pun penaklukan Peradaban Islam, tidak ada bedanya bagi bangsa Mongol.
Untungnya, untuk saat ini bangsa Mongol masih menjadi ancaman di masa depan. Sedangkan mengenai urusan dalam negerinya sendiri, as-Salih dapat mengandalkan resimen Mamluknya, Bahris.
Ia juga mengandalkan sejumlah besar prajurit budak Turki Kipchak yang diambil dari padang rumput Rusia, untuk mempertahankan kekuasaannya.
Dengan demikian, Sultan Mesir as-Salih yang sudah terdorong oleh kemenangan di La Forbie, mampu menguasai Damaskus pada tahun 1245 M. Wilayah itu sudah lama menjadi benteng pemberontak Muslim.
Sementara itu, kemunduran negara-negara Latin berlanjut dengan cepat ketika as-Salih merebut Ascalon pada tahun 1247 M.
Bergulirnya sejarah Perang Salib
Sejarah perang Salib ketujuh terus bergulir ke arah tak terduga. Pasukan Salib Louis mulai mendarat di Mesir pada bulan Juni 1249 M, tetapi menemui banyak masalah.
Pertama, kapal layar orang barat yang berat dan memiliki dasar yang dalam membuat pasukan tidak dapat dengan mudah mendarat di pantai berpasir Mesir. Akibatnya, para ksatria terpaksa mengarungi perairan dangkal.
Sementara itu, al-Kamil sibuk dan memperkuat benteng dan garnisun Damietta, kota benteng di Delta Nil.
Setelah semuanya berkumpul, pasukan Salib sekarang berjumlah sekitar 18.000 orang dan termasuk 2.500 ksatria dan 5.000 pemanah.
Jumlah tersebut adalah pasukan yang besar untuk satu pertempuran tetapi mungkin tidak cukup besar untuk menaklukkan seluruh wilayah.
Ternyata, Pasukan Salib menaklukan Damietta pada bulan Juni 1249 M dengan sangat mudah. Kombinasi serangan amfibi dan keunggulan busur panah barat memberikan kemenangan yang sangat cepat.
Keberhasilan itu cukup mengejutkan, mengingat kesulitan yang dihadapi pasukan dalam sejarah Perang Salib kelima untuk merebut Damietta pada tahun 1218-1219 M.
Bonus tambahannya adalah karena garnisun melarikan diri karena panik, benteng kota tetap utuh.
Namun pasukan utama Sultan Mesir menunggu pada jarak yang aman dari Damietta. Ini hanyalah langkah pembuka dari pertempuran yang mungkin akan berlangsung sangat panjang.
As-Salih sekarat
Pada musim gugur tahun 1249 M, Sultan Mesir al-Salih sekarat di kampnya di Mansourah (al-Mansura) di Delta Nil. Menurut keterangan beberapa sumber, kemungkinan As-Salih menderita tuberkulosis (TBC).
Rakyat Kairo panik karena kehilangan Damietta dan mungkin pemimpin mereka. Mungkin, pada saat ini, jika Louis menyerang jantung musuh, dia mungkin akan meraih kemenangan total.
Sayangnya, saat itu, raja Louis masih menunggu pasukan penting milik saudaranya Alphonse, yang baru tiba di Mesir pada bulan Oktober.
Setidaknya banjir tahunan Sungai Nil kini sudah mereda, sehingga jalan menuju Kairo pun terbuka.
Louis, menentang nasihat sebagian besar bangsawannya untuk menghabiskan musim dingin dengan aman di Damietta, berangkat ke Kairo pada tanggal 20 November 1249 M.
Tentara Salib membuat kemajuan yang sangat lambat di sepanjang Sungai Nil, sebagian besar pasukan berbaris di sepanjang tepi sungai.
Sementara kapal-kapal yang dapat membawa perbekalan dan peralatan dalam jumlah besar, ikut berperang melawan angin yang berlawanan.
Pada titik ini, pada akhir November 1249 M, as-Salih meninggal karena penyakitnya. Para perwira Bahris, yang dipimpin oleh komandan mereka Fakhr al-Din, kemudian turun tangan untuk melanjutkan perang melawan Pasukan Salib menggantikannya.
Jika Raja Louis saat itu menyerang Mesir, mungkin sejarah Perang Salib Ketujuh akan berakhir dengan kemenangan besar bagi Kriten Barat. Sayangnya, Raja Louis telah mengabaikan nasihat sebagian besar bangsawan.
Sejarah Perang Salib Ketujuh nantinya lagi-lagi akan berakhir dengan kekalahan dan Pasukan Salib yang terpaksa kembali ke barat.
Source | : | World History Encyclopedia |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR